curhatibu.com

Semangat itu (harus) Kembali! Osh!

Kali ini aku tak lagi bertemu dengan embun. Tapi, pekan ini, aku bertemu cahayanya. Hangat. Kembali bertemu dengan semangat sang embun, di hangatnya mentari pagi. Tak apa. Yang penting, semangat itu kembali berhadir. Ya, hadir kembali. Semoga, niat senantiasa diluruskan. Sedikit demi sedikit. Bukankah begitu?

Aku suka senyum seorang sahabat, yang menemaniku pagi ini. Senyuman penuh semangat. Setidaknya, aku dipaksanya untuk terus berjalan. Meski sesekali, eh, seringkali keluh yang berjalan mengiringi. Tak apa. Yang penting aku masih terus berjalan. Sampai saat ini. 

Kita memang butuh motivasi. Kita memang butuh kata semangat. Mungkin dari diri sendiri, mungkin juga dari orang lain. Mungkin lisan tersampaikan, atau hanya sekedar tutur laku yang mempesona. Sejujurnya, merindukan mereka, orang-orang di rumah cahaya. Beberapa pekan ini, tak berkesempatan berkunjung ke sana. Tapi tak apa. Yang penting, semangat kita tak beda. Kalian berjuang, pun juga denganku. Kalian semangat, semoga demikian denganku. Kalian tak kenal lelah, dan aku pun berharap tertular kegigihan itu. Kalian tulus, semoga ternasehatkan untukku.

Seingatku, setahun lalu, aku dan kau (sahabat yang lain lagi) sama berkomitmen atas sesuatu. Dan berjalan beberapa saat. Alhamdulillah. Meski kemudian, ada satu dua hal mengganjal hingga mengganggu keistiqamahannya. Tak mengapa. Sebentar saja. Yang penting, segera kembali. 

Begitu juga denganku, atau denganmu, dengan kalian. Seringkali kita berkomitmen atas sesuatu. Seringkali merancang satu dua tiga hal yang sangat rinci. Satu dua hari terlaksana, kemudian ah, terabaikan. Lagi. Apakah kau putus asa, lalu tak pernah lagi membuat rencana? Tidak. Jangan. Yang butuh diperbarui adalah kekuatan istiqamah. Ya kan? Mintalah pada Allah. 

Yang penting, sekarang, kita sudah mulai beranjak naik kembali. Tidak selayaknya, hari-hari yang penuh dengan kemalasan, kefuturan, keengganan itu dipertahankan dalam waktu lama. Bahkan semestinya, tidak harus ada dalam kamus kehidupan. Tapi, kalau di suatu waktu ada, ya, "iman itu naik dan turun... Naik karena taat, turun karena maksiat". Jadi, kalau lagi turun, bukan menikmatinya dan menganggap kelumrahan, tapi sepertinya harus mengevaluasi diri, apa kemaksiatan apa yang telah dilakukan hingga iman itu turun dan turun terus. Mungkin, itu saat-saat Allah ingin mengingatkan kita, bahwa manusia itu tempat salah lupa. 

rupanya, aku bingung tema apa yang sedang ku tulis, tidak jelas. Intinya, ayooo semangaaaat dan pertahankan semangat ituuu... ada cita dan target yang harus dipenuhi dalam waktu-waktu ke depan...okey, Annada? Semangat itu harus kembali! osh!

terimakasih kepada sahabat dan saudara2 yang telah mengingatkan... langsung, atau tidak langsung... Jazakumullah khairan katsiran

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)