curhatibu.com

Lagi, tentang Indah Ukhuwah

Demikianlah kisah kami. #apa?

Kebersamaan yang indah. Aku tak lagi mempermasalahkan keberadaan prasangka yang sungguh mematikan hubungan kami. Aku tak lagi memperdulikan omongan-omongan buruk orang atas mereka, karena aku tahu, mereka lebih mengerti. Aku tak lagi ber-melow ria dengan satu atau dua perihal perkataan yang sungguh tak sengaja, perilaku yang tak menyenangkan, keputusan yang di luar dugaan. Karena semua itu aku paham, bahwa itu semua untuk kepentingan dan kebaikan bersama. 

Itulah kami. Aku, punya satu dua rahasia. Yang tak semua orang mengetahui. Mungkin hanya satu dua dari mereka yang kuberi tahu.Tapi, tak mengapa bagi kami. Pun ketika kondisi sebaliknya, aku menjadi pihak yang mendapat atau tidak mendapat info atas satu hal tentang salah satu dari kami. Itu menjadi satu privasi yang sama-sama kita jaga. Dan aku sungguh merasakan hal itu. Tatkala memberikan amanah serupa informasi pribadi yang ku pesankan untuk tak tersampai kepada selain dirinya, maka sungguh mereka melakukannya. Mereka menjaganya, erat. *ah, jadi ingat tentang istilah bernama amn****. Hhe, rupanya, kami bisa menerapkannya pada hal lain, dan sungguh berhasil demikian. Bahkan harus menahan, dan sangat menahan untuk tidak mau dipaksa menyampaikan hal yang tak semestinya disampaikan kepada selain dirinya. Ini baru satu hal saja, dan mereka, sahabat yang sungguh dapat ku percaya. 

Tak mudah memang. Tak sebentar, pastinya. Sulit, iya. Semua berproses. Awalnya, sangat sering muncul prasangka. Ya, karena belum ada kepercayaan terbangun. Awalnya, tak saling memaham, karena perkenalan pun belum sepenuhnya. Awalnya, tak pernah terpikir untuk saling menanggung, karena perasaan satu belum terbentuk. Tapi lagi-lagi, waktu yang tak sebentar kami jalani bersama ini, rupanya membantu, sangat membantu pembentukan kesemuanya itu. Meskipun, aku yakin dan masih merasakan masih sangat banyak celah prasangka, celah ketidakpercayaan, celah yang membuat ingin mengeluhkan, dan sebagainya. Tapi, sungguh, itu indah. Lebih indah ketimbang dulu saat aku dan mereka bukanlah siapa-siapa. Sekarang, semua itu kami rasakan sebagai proses untuk kami semakin merekatkan hubungan baik satu sama lain.

Ah, siang yang indah. Duduk beriman sejenak bersama mereka, semoga malaikat mengiring di setiap sudut langit di rumah sudut gang ber-nuansa asri. Lalu, ketika bersama sahabat, yang sekarang sudah jarang ditemui, bisa berkumpul lalu makan bersama, meski sekedar mie ayam, atau bakso, atau apalah. Sembari berkisah dan bercengkerama. Sesekali canda tawa memeriahkan suasana, menambah keakraban hati yang semakin menguat. Sore yang indah, ketika diantar oleh sahabat kita sampai kosan yang tak bisa dibilang dekat dengan kosannya. Tapi, mungkin karena ingin memudahkan sahabatnya, ia merelakan waktu dan ongkosnya untuk itu. Pagi yang indah, ketika bertiga berjalan bersama mengelilingi kampus perjuangan dulu. Sekedar bernostalgia sembari berkisah tentang masa lalu, dan masa depan. Lalu makan bersama di taman yang menjadi saksi keberadaan kami tiap pagi dan petang untuk bersua. Dhuha yang menakjubkan, ketika tetiba seorang saudara berusaha mengagetkanmu dari belakang, tapi sayang, keburu dipanggil namanya, hingga gagal menjalankan misi. Malam yang syahdu, ketika berbincang tentang perjuangan orang terdahulu bersama mereka. Subuh yang mata terkantuk-kantuk karena semalaman berkisah panjang lebar dengan mereka. *kalimat paling belakang, abaikan:p

"Aku senang hari ini," kata seorang sahabat tiba-tiba. "Mengapa?", tanyaku. Dijawabnya, "Entahlah. Mungkin karena aku senang bersama kalian hari ini. Sebelum nanti satu per satu dari kalian akan menemukan kawan baru-nya masing-masing," sembari tersenyum.

Dan kulihat mata itu berair, wajahnya semu memerah. Meski sudah ditutup dengan plastik bekas makanan. Ya. Aku tak tau persisnya mengapa. Yang pasti, setelah ia melihat foto kami sedang berpose ramai-ramai, dan ia berkata, "Satu per satu dari kalian..," lalu terhenti.

-sungguh, masih terlampau banyak rasa bergejolak ingin ditumpahkan. Rasa yang muncul karena sebab ukhuwah yang kita rasakan begitu indah, bukankah begitu? Tapi, tangis hanya bisa tertahan. Biarlah... Semoga kekal sampai ke surga.-

Uhibbukum fillah...semoga tersampai segala cita...

1 comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)