curhatibu.com

FIKIH BIROKRASI UMAR BIN ABDUL AZIZ


Gubernur Pilihan Umar bin Abdul Aziz, dari Kalangan Orang-Orang Shalih Lagi Baik
Gubernur yang dipilih oleh umar adalah gubernur yang tsiqah (kredibel), orang-orang mulia lagi baik yang terkenal dengan amanah, ilmu, kekuatan pribadi, tawadu’, kebersihan diri, ‘adalah, berakhlaq mulia, berkasih sayang kepada rakyat, bisa menjadi teladan, berkenan bermusyawarah, tulus, tidak egois, kapabel, cerdik dan bijak.
Bagaimana umar memilih gubernur? Lihatlah apa yang dikatakan pada Amr bin al-Muhajir al-Anshari, seorang di antara pengawalnya
“Demi Allah, wahai Amr, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa antara diriku dengan dirimu tidak ada hubungan kekerabatan selain hubungan Islam, akan tetapi aku mendengarmu sering membaca Al Qur’an, aku melihatmu shalat di tempat yang menurutmu tidak terlihat oleh seseorang, aku melihatmu shalat dengan baik, ambillah pedang ini dan sekarang kamu adalah kepala pengawalku”
Umar tidak suka mengangkat seseorang yang terbenam dalam kedzaliman atau bekerja bersama orang-orang yang bertindak dzalim. Jika khalifah sebelumnya menjadikan kekerabatan dan fanatisme menjadi pijakan dalam mengangkat seseorang, tidak bagi umar. Tidak juga seperti seorang Hajjaj, yang memimpin dengan kekerasan, dan menghukum hanya dengan dasar praduga.
Hal ini memberikan efek positif bagi kestabilan negeri, karena masyarakat menerima sirah para gubernur mereka dan memuji tingkah laku mereka. 

Pengawasan langsung terhadap penataan segala urusan Negara
Umar langsung mengawasi segala proyek yang berjalan di negerinya, baik kecil atau besar. Beliau mengecek kerja gubernurnya. Beliau pun tidak melalaikan perhatian terhadap rakyat secara langsung meskipun gubernur nya adalah orang-orang pilihan.
Pernah umar ditanya oleh seseorang, “Wahai amirul mukminin, seandainya Anda berkendara dan bersantai?”. Maka beliau menjawab, “Lalu siapa yang akan melaksanakan pekerjaan di hari itu?”. Orang I tu menjawab, “Anda laksanakan esok hari?”. Umar menjawab, “Pekerjaan satu hari saja sudah sangat melelahkan, lalu bagaimana dengan pekerjaan dua hari?”
Umar menghabiskan waktu untuk menata kebijakan reformasinya, mencakup segala bidang. Sehingga ia mewariskan banyak kebijakan-kebijakan, dan mengirimkannya kepada para gubernur untuk dieksekusi. Kebijakan disampaikan dengan rinci, jelas.Umar mengirimkan kebijakan dengan disertai arahan mendidik, mengingatkan besarnya amanah, menakuti mereka akan Allah, meminta mereka agar selalu merasa dalam pengawasan Allah.
“Saudaraku, aku mengingatkanmu dengan penduduk neraka yang tidak pernah tidur untuk selama-lamanya. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu berpaling dari Allah sehingga ia menjadi akhir kehidupanmu dan harapanmu terputus”
Umar juga tidak sembarang mengumpulkan informasi. Beliau mencari sumber akurat yang bisa dipercaya, tentang urusan rakyat dan bagaimana gubernur menjalankan amanahnya.
Segala kecermatan umar dalam memberikan instruksi sekaligus mengawasi pelaksanaannya membuat para gubernur dan pegawai selalu terdorong bekerja, siang malam. Beliau mengirimkan pula tim pemeriksa yang akan mengecek terkait pengaduan rakyat, isu yang beredar, dan segala urusannya.
Berikut surat Umar, betapa ia mendorong rakyat secara moril dan materiil mengawasinya dan mengawasi pegawainya agar tidak melenceng dar iAl Qur’an dan sunnah.
“Sesungguhnya aku berlepas diri dari kezaliman siapa yang menzalimi kalian. Ketahuilah, bahwa tidak ada keharusan izin untuk menemuiku bagi siapa yang didzalimi. Aku adalah sandaran setiap orang yang didzalimmi. Ketahuilah bahwa siapa pun pegawaiku yang menyimpang dari kebenaran dan tidak beramal dari Al Qur’an dan as sunnah maka kalian tidak wajib menaatinya. Ketahuilah bahwa siapa pun yang datang dengan membawa suatu berita yang dengannya Allah memperbaiki, baik khusus maupun umum, maka dia mendapatkan seratus sampai tig aratus dinar dari pihak yang berwenang, sesuai dengan apa yang dia niatkan"

Perencanaan dalam birokrasi umar
Umar bersandar pada Allah, kemudian mengumpulkan informasi dan mampu membacanya dengan baik, memandang jauh ke depan dan merealisasikan sasaran yang dicanangkan. Umar berkata, “Barangsiapa melakukan sesuatu tanpa ilmu, maka dia lebih merusak daripada memperbaiki”
        Umar meletakkan sasaran, memilih sarana, menentukan proses dan menyatukan pelaksanaan dalam perencanaannya. Satu hal yang menjadi sasaran utamanya adalah perbaikan dan pembaruan yang lurus di atas manhaj Nubuwah dan manhaj Khulafa’ rasyidin.

Tindakan prevetif untuk mengantisipasi kerusakan birokrasi di zaman umar

Menaikkan gaji pegawai, namun ketat terhadap keluarganya sendiri (hidup sangat sederhana)
Menutup peluang korupsi dan menyumbat apa-apa yang mendorong pegawai untuk berkhianat dan mencuri uang kaum muslimin
Menjamin konsentrasi gubernur, pejabat dan pegawai terhadap tugas Negara dan mengurus hajat kaum muslimin

Berusaha secara sungguh-sungguh membentengi diri dari dusta
Umar menutup peluang kerusakan birokrasi dengan memperingatkan para pegawai agar tidak terseret kepada keburukan yang ditimbulkan oleh kedustaan dan kepura-puraan dalam mengambil keputusan-keputusan.

Menolak menerima hadiah dan hibah
Umar menghapus hadiah-hadiah yang diterima oleh para pejabat Bani Umayyah sebelumnya, khususnya hadiah dalam rangka perayaan hari raya Persia. Bahkan Umar menulis surat kepada salah seorang yang meminta hadiah, “Demi Allah, jika kamu mengulangi hal ini, maka jangan pernah bekerja untukku selamanya, dan aku pun tidak ingin melihat wajahmu.”

Larangan boros dan foyafoya – sebagai wujud ia menjaga harta kaum muslimin
Umar menolak segala kemewahan yang diberikan setelah pengangkatan dirinya sebagai gubernur, misalnya : kendaraan, kamar dengan perlengkapan yang baru, permadani dan kasr-kasur, untuk dimasukkan ke Baitul Maal kaum muslimin. Sedangkan ia menggunakan keledainya saja.
Selain itu, dalam menulis surat, ia memerintahkan gubernur untuk tidak menulis pada lembaran lebar, dengan pena tebal dan tulisannya dipanjangkan. Sehingga kemudian surat-surat Negara hanya selebar satu jengkal atau seukuran itu.
Berikut ada contoh surat beliau kepada seorang gubernur, “Jika suratku ini telah kamu terima, maka perkecillah pena, persingkatlah tulisan dan kumpulkanlah hajat-hajat yang banyak dalam satu lembar, kaum muslimin tidak memerlukan ucapan berlebihan namun merugikan Baitul Maal mereka. Wassalam.”

Melarang para gubernur dan para pejabat untuk ikut terjun dalam perdagangan (bisnis)
Umar menulis dalam suratnya kepada gubernur, “Kami berpendapat bahwa pemimpin tidak (boleh) berdagang, seorang pejabat tidak halal berniaga dalam kekuasaannya yang menjadi tanggung jawabnya, karena jika soerang pemimpin berdagang, maka dia akan mementingkan dirinya dan terjerumus ke dalam hal-hal yang menyulitkan, sekalipun dia sudah berupaya untuk tidak melakukannya”
Menurut Umar, jika gubernur/pejabat berdagang, maka ia bisa jadi tersibukkan oleh perdagangannya sehingga melalikan hajat dan kepentingan kaum muslimin, dan ada kemungkinan melahirkan sikap segan terhadapnya karena kedudukannya dan dia melakukan hal yang tidak termasuk ke dalam haknya.
Ibnu khaldun menyatakan juga, 8 abad setelah itu, “Sesungguhnya perniagaan dari penguasa merugikan rakyat dan menyulitkan pemasukan Negara”

Membuka jembatan penghubung di antara pemimpin dengan rakyat
Jika pemerintahan sebelumnya para pengawal memasang jaring besi sehingga tidak mudah rakyat datang menemui khalifah, maka pada pemerintahan Umar, rakyat justru diberi hadiah dan upah jika bersedia datang dan melaporkan kerusakan yang terjadi atau mengusulkan perbaikan.
Umar memerintahkan gubernur dan pejabat membuka jaringan luas kepada masyarakat, supaya rakyat mudah menyampaikan aspirasinya.

Mengevaluasi tanggung jawab kepada para gubernur sebelumnya
Umar melakukan penangkapan Yazid bin Al Muhallab, gubernur Khurasan, lalu mengevaluasinya. Hingga kemudian Umar berkata, “Aku tidak melihat tindakan yang tepat terhadapmu, kecuali menahanmu. Bertaqwalah kepada Allah dan kembalikan harta yang ada padamu, karena ia adalah hak kaum Muslimin, aku tidak mungkin membiarkannya”. Maka beliau memenjarakannya.
Umar selalu memonitor gubernurnya, mengawasi mereka dan meminta mereka bertanggung jawab atas kelalaian mereka. Bahkan umar pernah menulis kepada salah satu gubernurnya, “Orang yang mengadukanmu semakin banyak, orang yang berterimakasih padamu justru semakin sedikit, maka bertingkahlah yang lurus atau kamu harus mengundurkan diri. Wassalam”

Sentralisasi dan desentralisasi dalam birokrasi
Pertimbangan apakah suatu kebijakan berlaku sentralisasi atau desentralisasi adalah sebagai berikut:
  1. Keterkaitan suatu perkara atau sebuah kebijakan dengan kemaslahatan umum atau khusus
  2. Urgensi perkara di mana sentralisasi atau desentralisasi akan diterapkan padanya. Misalnya terkait hukuman mati, prinsip sentralisasi lebih baik, karena tidak terkait dengan kemaslahatan umat secara luas, dan terkait nyawa dari seseorang yang harus benar-benar dipastikan ketepatan putusan tersebut.
  3. Perkara-perkara baru yang belum tertera di dalam Al Qur’an dan as sunnah, mempunyai tingkat kepentingannya sendiri
  4. Pertimbangan jarak wilayah antara khalifah dengan gubernur
  5. Pertimbangan waktu yang mungkin melahirkan dampak negative yang bisa sampai ke tingkat kematian
  6. Adanya orang yang bisa diandalkan dan dipercayai ilmunya (untuk dimintai pendapat), contoh Hasan Al Basri
  7. Pertimbangan kecepatan dan keselamatan dalam pelaksanaan sebuah pekerjaan
  8. Pertimbangan pemberian kepercayaan kepada para hakim, para gubernur dan para pejabat.
Prinsip fleksibelitas dalam birokrasi
Mengapa harus fleksibel? Karena kata Umar, “Seandainya aku melelahkan diriku dan orang-orangku, maka hal itu tidak perlu lama bagiku dan bagi mereka untuk berguguran”. Sehingga perlu bertahap, sehingga perubahan yang diusung menjadi nilai, bukan sekedar beban yang memberatkan dan akan tidak lama membuat seseorang berguguran.

Berikut adalah saksi-saksi penerapan fleksibilitas Umar:
Permintaan kami kepadamu untuk bersegera, jangan membuatmu menunda shalat dari waktunya
Kata Umar kepada seorang utusan yang telah berangkat ke Mesir, dan diminta untuk datang kembali, “Tidak perlu cemas, hari ini adalah hari jumat, jangan berangkat sebelum kamu shalat  jum’at, sekalipun kami mengutusmu untuk suatu urusan yang urgen bagi kaum muslimin, namun permintaan kami kepada untuk bersegera, janganlah membuatmu menunda shalat dari waktunya”

Mengapa kamu tidak menunggu habis bulan ramadhan, baru kamu berangkat
Umar mengundang gubernur Khurasan, maka gubernur tersebut langsung berangkat menuju ibukota memenuhi panggilan khalifah. Manakala dia tiba di Damaskus, Umar melihat tanda-tanda kelelahan dan kepayahan padanya, Umar bertanya, “Kapan kamu berangkat?”. Dia menjawa, “Di bulan Ramadhan.” Umar berkata, “Benar orang berkata bahwa kamu adalah orang yang lugu. Mengapa kamu tidak menunggu untuk berbuka (habis ramadhan) baru bkamu berangkat (kepadaku).”

Jangan membuat rakyat lelah, jangan menyulitkan mereka dan jangan memberatkan mereka
Yaitu saat Maimun bin Mihran mengurusi administrasi Damaskus diadukan oleh orang-orang cacat yang berhak mendapat santunan, “Dia menyulitkan kami, memberatkan dan menyusahkan kami”. Maka Umar menulis surat, “Jika surat ini tiba di tanganmu, maka jangan membuat orang-orang lelah, jangan menyulitkan dan memberatkan mereka, aku tidak menyukai hal itu.”

Fleksibilitas dalam dialog dan kesepahaman
Dialog yang dilakukan Umar adalah dialog yang tenang dan mengasah argumentasi.

Fleksibilitas pemikiran
Beliau menjauhi sikap stagnan, menyulitkan diri. Misalnya terkait gaji mengajar yang diterima berbeda oleh yazid dan harits. Yazid menerima, dan Harits tidak menerima. Umar tiidak mempermasalahkan hal ini.

Pentingnya waktu dalam birokrasi
Umar menghabiskan mayoritas waktunya, sekalipun bukan seluruhnya, dalam menjalankan urusan Negara, atau dalam bekerja demi kemaslahatan umat, atau dalam menunaikan hak-hak Allah dalam ibadah. Umar menggunakan malamnya untuk shalat dan bermunajat, beliau tidak berbicara kepada siapapun setelah shalat witir. Dalam perkara pemanfaatan waktu ini terdapat sebuah kata-kata bijak yang dinisbatkan kepada Umar, “Sesungguhnya malam dan siang bekerja padamu, maka bekerjalah pada keduanya”

Dasar pembagian tugas dalam birokrasi
“Sesungguhnya kekuasaan itu mempunyai pilar-pilar di mana ia tidak bisa tegak kecuali dengannya. Seorang gubernur adalah pilar, hakim adalah pilar, petugas Baitul Maal adalah pilar, pilar keempat adalah aku.” à maksudnya : Khalifah. 

Sebab keberhasilan birokrasi Umar bin Abdul Aziz
  1. Sifat pribadi Umar
  2. Memiliki pandangan perbaikan (reformasi) dan pembaruan dengan rambu-rambu yang jelas
  3. Dukungan umat terhadap program, karena melihat kejujuran dan keikhlasan Umar dalam memimpin
  4. Adanya ulama Rabbaniyin yang terpilih, dan mempunyai kapabilitas untuk memimpin Negara dan umat
  5. Kesungguhan menjadikan syariat Allah sebagai hokum dalam segala urusan
(Dari Buku Perjalanan Hidup Khalifah yang Agung Umar bin Abdul Aziz, penulis : DR. Ali Muhammad Ash Shallabi)



Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)