Gubernur Pilihan Umar bin Abdul Aziz, dari Kalangan
Orang-Orang Shalih Lagi Baik
Gubernur yang dipilih oleh umar adalah gubernur yang tsiqah
(kredibel), orang-orang mulia lagi baik yang terkenal dengan amanah, ilmu,
kekuatan pribadi, tawadu’, kebersihan diri, ‘adalah,
berakhlaq mulia, berkasih sayang kepada rakyat, bisa menjadi teladan, berkenan
bermusyawarah, tulus, tidak egois, kapabel, cerdik dan bijak.
Bagaimana umar memilih gubernur? Lihatlah apa yang dikatakan
pada Amr bin al-Muhajir al-Anshari, seorang di antara pengawalnya
“Demi Allah, wahai Amr, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa
antara diriku dengan dirimu tidak ada hubungan kekerabatan selain hubungan
Islam, akan tetapi aku mendengarmu sering
membaca Al Qur’an, aku melihatmu shalat di tempat yang menurutmu tidak terlihat
oleh seseorang, aku melihatmu shalat dengan baik, ambillah pedang ini dan
sekarang kamu adalah kepala pengawalku”
Umar tidak suka mengangkat seseorang yang terbenam dalam
kedzaliman atau bekerja bersama orang-orang yang bertindak dzalim. Jika
khalifah sebelumnya menjadikan kekerabatan dan fanatisme menjadi pijakan dalam
mengangkat seseorang, tidak bagi umar. Tidak juga seperti seorang Hajjaj, yang
memimpin dengan kekerasan, dan menghukum hanya dengan dasar praduga.
Hal ini memberikan efek positif bagi kestabilan negeri,
karena masyarakat menerima sirah para gubernur mereka dan memuji tingkah laku
mereka.
Pengawasan
langsung terhadap penataan segala urusan Negara
Umar langsung mengawasi segala proyek yang berjalan di
negerinya, baik kecil atau besar. Beliau mengecek kerja gubernurnya. Beliau pun
tidak melalaikan perhatian terhadap rakyat secara langsung meskipun gubernur
nya adalah orang-orang pilihan.
Pernah umar ditanya oleh seseorang, “Wahai amirul mukminin,
seandainya Anda berkendara dan bersantai?”. Maka beliau menjawab, “Lalu siapa
yang akan melaksanakan pekerjaan di hari itu?”. Orang I tu menjawab, “Anda
laksanakan esok hari?”. Umar menjawab, “Pekerjaan satu hari saja sudah sangat
melelahkan, lalu bagaimana dengan pekerjaan dua hari?”
Umar menghabiskan waktu untuk menata kebijakan reformasinya,
mencakup segala bidang. Sehingga ia mewariskan banyak kebijakan-kebijakan, dan
mengirimkannya kepada para gubernur untuk dieksekusi. Kebijakan disampaikan
dengan rinci, jelas.Umar mengirimkan kebijakan dengan disertai arahan mendidik,
mengingatkan besarnya amanah, menakuti mereka akan Allah, meminta mereka agar
selalu merasa dalam pengawasan Allah.
“Saudaraku, aku mengingatkanmu dengan penduduk neraka yang
tidak pernah tidur untuk selama-lamanya. Berhati-hatilah, jangan sampai kamu
berpaling dari Allah sehingga ia menjadi akhir kehidupanmu dan harapanmu
terputus”
Umar juga tidak sembarang mengumpulkan informasi. Beliau
mencari sumber akurat yang bisa dipercaya, tentang urusan rakyat dan bagaimana
gubernur menjalankan amanahnya.
Segala kecermatan umar dalam memberikan instruksi sekaligus
mengawasi pelaksanaannya membuat para gubernur dan pegawai selalu terdorong
bekerja, siang malam. Beliau mengirimkan pula tim pemeriksa yang akan mengecek
terkait pengaduan rakyat, isu yang beredar, dan segala urusannya.
Berikut surat Umar, betapa ia mendorong rakyat secara moril
dan materiil mengawasinya dan mengawasi pegawainya agar tidak melenceng dar iAl
Qur’an dan sunnah.
“Sesungguhnya aku berlepas diri dari kezaliman siapa yang
menzalimi kalian. Ketahuilah, bahwa tidak ada keharusan izin untuk menemuiku
bagi siapa yang didzalimi. Aku adalah sandaran setiap orang yang didzalimmi.
Ketahuilah bahwa siapa pun pegawaiku yang menyimpang dari kebenaran dan tidak
beramal dari Al Qur’an dan as sunnah maka kalian tidak wajib menaatinya.
Ketahuilah bahwa siapa pun yang datang dengan membawa suatu berita yang
dengannya Allah memperbaiki, baik khusus maupun umum, maka dia mendapatkan
seratus sampai tig aratus dinar dari pihak yang berwenang, sesuai dengan apa
yang dia niatkan"
Perencanaan
dalam birokrasi umar
Umar bersandar pada Allah, kemudian mengumpulkan informasi
dan mampu membacanya dengan baik, memandang jauh ke depan dan merealisasikan
sasaran yang dicanangkan. Umar berkata, “Barangsiapa melakukan sesuatu tanpa
ilmu, maka dia lebih merusak daripada memperbaiki”
Umar meletakkan
sasaran, memilih sarana, menentukan proses dan menyatukan pelaksanaan dalam
perencanaannya. Satu hal yang menjadi sasaran utamanya adalah perbaikan dan
pembaruan yang lurus di atas manhaj Nubuwah dan manhaj Khulafa’ rasyidin.
Tindakan
prevetif untuk mengantisipasi kerusakan birokrasi di zaman umar
Menaikkan gaji pegawai, namun ketat terhadap keluarganya
sendiri (hidup sangat sederhana)
Menutup peluang korupsi dan
menyumbat apa-apa yang mendorong pegawai untuk berkhianat dan mencuri uang kaum
muslimin
Menjamin konsentrasi gubernur,
pejabat dan pegawai terhadap tugas Negara dan mengurus hajat kaum muslimin
Berusaha secara sungguh-sungguh membentengi diri dari dusta
Umar
menutup peluang kerusakan birokrasi dengan memperingatkan para pegawai agar
tidak terseret kepada keburukan yang ditimbulkan oleh kedustaan dan
kepura-puraan dalam mengambil keputusan-keputusan.
Menolak menerima hadiah dan hibah
Umar
menghapus hadiah-hadiah yang diterima oleh para pejabat Bani Umayyah
sebelumnya, khususnya hadiah dalam rangka perayaan hari raya Persia. Bahkan
Umar menulis surat kepada salah seorang yang meminta hadiah, “Demi Allah, jika
kamu mengulangi hal ini, maka jangan pernah bekerja untukku selamanya, dan aku
pun tidak ingin melihat wajahmu.”
Larangan boros dan foyafoya – sebagai wujud ia menjaga harta
kaum muslimin
Umar
menolak segala kemewahan yang diberikan setelah pengangkatan dirinya sebagai
gubernur, misalnya : kendaraan, kamar dengan perlengkapan yang baru, permadani
dan kasr-kasur, untuk dimasukkan ke Baitul Maal kaum muslimin. Sedangkan ia
menggunakan keledainya saja.
Selain
itu, dalam menulis surat, ia memerintahkan gubernur untuk tidak menulis pada
lembaran lebar, dengan pena tebal dan tulisannya dipanjangkan. Sehingga
kemudian surat-surat Negara hanya selebar satu jengkal atau seukuran itu.
Berikut
ada contoh surat beliau kepada seorang gubernur, “Jika suratku ini telah kamu
terima, maka perkecillah pena, persingkatlah tulisan dan kumpulkanlah
hajat-hajat yang banyak dalam satu lembar, kaum muslimin tidak memerlukan
ucapan berlebihan namun merugikan Baitul Maal mereka. Wassalam.”
Melarang para gubernur dan para pejabat untuk ikut terjun
dalam perdagangan (bisnis)
Umar
menulis dalam suratnya kepada gubernur, “Kami berpendapat bahwa pemimpin tidak
(boleh) berdagang, seorang pejabat tidak halal berniaga dalam kekuasaannya yang
menjadi tanggung jawabnya, karena jika soerang pemimpin berdagang, maka dia
akan mementingkan dirinya dan terjerumus ke dalam hal-hal yang menyulitkan,
sekalipun dia sudah berupaya untuk tidak melakukannya”
Menurut
Umar, jika gubernur/pejabat berdagang, maka ia bisa jadi tersibukkan oleh
perdagangannya sehingga melalikan hajat dan kepentingan kaum muslimin, dan ada
kemungkinan melahirkan sikap segan terhadapnya karena kedudukannya dan dia melakukan
hal yang tidak termasuk ke dalam haknya.
Ibnu
khaldun menyatakan juga, 8 abad setelah itu, “Sesungguhnya perniagaan dari
penguasa merugikan rakyat dan menyulitkan pemasukan Negara”
Membuka jembatan penghubung di antara pemimpin dengan rakyat
Jika
pemerintahan sebelumnya para pengawal memasang jaring besi sehingga tidak mudah
rakyat datang menemui khalifah, maka pada pemerintahan Umar, rakyat justru
diberi hadiah dan upah jika bersedia datang dan melaporkan kerusakan yang
terjadi atau mengusulkan perbaikan.
Umar
memerintahkan gubernur dan pejabat membuka jaringan luas kepada masyarakat,
supaya rakyat mudah menyampaikan aspirasinya.
Mengevaluasi tanggung jawab kepada para gubernur sebelumnya
Umar
melakukan penangkapan Yazid bin Al Muhallab, gubernur Khurasan, lalu
mengevaluasinya. Hingga kemudian Umar berkata, “Aku tidak melihat tindakan yang
tepat terhadapmu, kecuali menahanmu. Bertaqwalah kepada Allah dan kembalikan
harta yang ada padamu, karena ia adalah hak kaum Muslimin, aku tidak mungkin membiarkannya”.
Maka beliau memenjarakannya.
Umar
selalu memonitor gubernurnya, mengawasi mereka dan meminta mereka bertanggung
jawab atas kelalaian mereka. Bahkan umar pernah menulis kepada salah satu
gubernurnya, “Orang yang mengadukanmu semakin banyak, orang yang berterimakasih
padamu justru semakin sedikit, maka bertingkahlah yang lurus atau kamu harus
mengundurkan diri. Wassalam”
Sentralisasi
dan desentralisasi dalam birokrasi
Pertimbangan apakah suatu kebijakan berlaku sentralisasi atau
desentralisasi adalah sebagai berikut:
- Keterkaitan suatu perkara atau sebuah kebijakan dengan kemaslahatan umum atau khusus
- Urgensi perkara di mana sentralisasi atau desentralisasi akan diterapkan padanya. Misalnya terkait hukuman mati, prinsip sentralisasi lebih baik, karena tidak terkait dengan kemaslahatan umat secara luas, dan terkait nyawa dari seseorang yang harus benar-benar dipastikan ketepatan putusan tersebut.
- Perkara-perkara baru yang belum tertera di dalam Al Qur’an dan as sunnah, mempunyai tingkat kepentingannya sendiri
- Pertimbangan jarak wilayah antara khalifah dengan gubernur
- Pertimbangan waktu yang mungkin melahirkan dampak negative yang bisa sampai ke tingkat kematian
- Adanya orang yang bisa diandalkan dan dipercayai ilmunya (untuk dimintai pendapat), contoh Hasan Al Basri
- Pertimbangan kecepatan dan keselamatan dalam pelaksanaan sebuah pekerjaan
- Pertimbangan pemberian kepercayaan kepada para hakim, para gubernur dan para pejabat.
Prinsip
fleksibelitas dalam birokrasi
Mengapa harus fleksibel? Karena kata Umar, “Seandainya aku
melelahkan diriku dan orang-orangku, maka hal itu tidak perlu lama bagiku dan
bagi mereka untuk berguguran”. Sehingga perlu bertahap, sehingga perubahan yang
diusung menjadi nilai, bukan sekedar beban yang memberatkan dan akan tidak lama
membuat seseorang berguguran.
Berikut adalah saksi-saksi penerapan fleksibilitas Umar:
Permintaan
kami kepadamu untuk bersegera, jangan membuatmu menunda shalat dari waktunya
Kata Umar kepada seorang utusan yang telah berangkat ke
Mesir, dan diminta untuk datang kembali, “Tidak perlu cemas, hari ini adalah
hari jumat, jangan berangkat sebelum kamu shalat jum’at, sekalipun kami
mengutusmu untuk suatu urusan yang urgen bagi kaum muslimin, namun permintaan
kami kepada untuk bersegera, janganlah membuatmu menunda shalat dari waktunya”
Mengapa
kamu tidak menunggu habis bulan ramadhan, baru kamu berangkat
Umar mengundang gubernur Khurasan, maka gubernur tersebut
langsung berangkat menuju ibukota memenuhi panggilan khalifah. Manakala dia
tiba di Damaskus, Umar melihat tanda-tanda kelelahan dan kepayahan padanya,
Umar bertanya, “Kapan kamu berangkat?”. Dia menjawa, “Di bulan Ramadhan.” Umar
berkata, “Benar orang berkata bahwa kamu adalah orang yang lugu. Mengapa kamu
tidak menunggu untuk berbuka (habis ramadhan) baru bkamu berangkat (kepadaku).”
Jangan
membuat rakyat lelah, jangan menyulitkan mereka dan jangan memberatkan mereka
Yaitu saat Maimun bin Mihran mengurusi administrasi Damaskus
diadukan oleh orang-orang cacat yang berhak mendapat santunan, “Dia menyulitkan
kami, memberatkan dan menyusahkan kami”. Maka Umar menulis surat, “Jika surat
ini tiba di tanganmu, maka jangan membuat orang-orang lelah, jangan menyulitkan
dan memberatkan mereka, aku tidak menyukai hal itu.”
Fleksibilitas
dalam dialog dan kesepahaman
Dialog yang dilakukan Umar adalah dialog yang tenang dan
mengasah argumentasi.
Fleksibilitas
pemikiran
Beliau menjauhi sikap stagnan, menyulitkan diri. Misalnya
terkait gaji mengajar yang diterima berbeda oleh yazid dan harits. Yazid
menerima, dan Harits tidak menerima. Umar tiidak mempermasalahkan hal ini.
Pentingnya
waktu dalam birokrasi
Umar menghabiskan mayoritas waktunya, sekalipun bukan
seluruhnya, dalam menjalankan urusan Negara, atau dalam bekerja demi kemaslahatan
umat, atau dalam menunaikan hak-hak Allah dalam ibadah. Umar menggunakan
malamnya untuk shalat dan bermunajat, beliau tidak berbicara kepada siapapun
setelah shalat witir. Dalam perkara pemanfaatan waktu ini terdapat sebuah
kata-kata bijak yang dinisbatkan kepada Umar, “Sesungguhnya malam dan siang
bekerja padamu, maka bekerjalah pada keduanya”
Dasar
pembagian tugas dalam birokrasi
“Sesungguhnya kekuasaan itu mempunyai pilar-pilar di mana ia
tidak bisa tegak kecuali dengannya. Seorang gubernur adalah pilar, hakim adalah
pilar, petugas Baitul Maal adalah pilar, pilar keempat adalah aku.” Ã maksudnya : Khalifah.
Sebab
keberhasilan birokrasi Umar bin Abdul Aziz
- Sifat pribadi Umar
- Memiliki pandangan perbaikan (reformasi) dan pembaruan dengan rambu-rambu yang jelas
- Dukungan umat terhadap program, karena melihat kejujuran dan keikhlasan Umar dalam memimpin
- Adanya ulama Rabbaniyin yang terpilih, dan mempunyai kapabilitas untuk memimpin Negara dan umat
- Kesungguhan menjadikan syariat Allah sebagai hokum dalam segala urusan
(Dari Buku Perjalanan Hidup Khalifah
yang Agung Umar bin Abdul Aziz, penulis : DR. Ali Muhammad Ash Shallabi)
Post a Comment