curhatibu.com

Tak Perlu Dinanti (Berlebihan), Persiapkan Saja


Pertanyaan-pertanyaan itu kembali berhadir. Satu dua tiga kali, bahkan lebih. Setelah ia waktu itu pernah hadir beberapa pekan setelah akad suci. Lalu sedikit berhenti, sejenak. Hingga ia kembali bermunculan. Mungkin, mereka, yang bertanya, telah rindu datangnya kabar gembira. InsyaAllah... doa kami, doa kalian, semoga beroleh ijabah dari Allah... Sekarang, lusa, atau nanti... Dengan yang sama, yang berbeda, yang pasti yang terbaik

Ada beberapa pertanyaan yang memang sering terlontar dari kita. Pertanyaan yang insyaAllah adalah wujud doa mereka untuk kita.
Dulu, ketika lulus kuliah (yang notabene tidak boleh menikah), langsung mendapat doa berwujud tanya, "Mba...ayo kapan nikah?". bahkan, seingat saya, ketika saya ada di bangku kuliah. Apalagi, dulu beberapa kali mengantar undangan pernikahan kakak kelas. Eh, tiap berkunjung mengantar, ditanya, "Mba kapan nyusul?" hehe.. atau "Walah, tak kirain undangan dari Mbak..."

Hehe... itu doa. Sungguh :) mereka berharap bahagia dari kita... :') 
dan rupanya, tak lama sejak doa-doa itu... (lama = relatif).. Allah mengabulkannya.. :') saya beroleh seorang pendamping hidup. Seorang yang bahkan tak pernah saya kenal sebelumnya. Meskipun rupanya banyak latar belakang yang kami semestinya bisa saling berkenal. Tapi rupanya demikian. Saya tak mengenalnya, ia pun tak mengenal saya. Pun, proses yang terjadi begitu mulus. Lancar. Hampir tak ada halangan berarti. Alhamdulillah... 

Doa.. Lagi-lagi itu atas doa kawan-kawan, murabbi, orang tua (pastinya), dan siapapun, bahkan yang tak ku kenal sekalipun, yang tika ia berdoa justru beroleh pengabulan dari Allah karena tak diketahui oleh yang didoa. Masya Allah

Dan kehidupan kami setelah berkeluarga juga beroleh banyak sekali kemudahan. Sungguh, Allah mencukupkan kehidupan kita. Apalagi nikmat yang dapat saya dustakan, setelah sekian banyak nikmatNya diberikan?

Allah... dan kini, setelah pernikahan, pertanyaan itu-lah yang berganti hadir. Tanya, "Kapan saya beroleh ponakan?"; "Kapan ada kabar gembira ini?"; hehe... atau yang paling sering, "Udah isi belum?"

Hihi... sungguh, saya teramat bahagia mendengar pertanyaan-pertanyaan itu. :') kalian, teman-teman yang sungguh perhatian. Sungguh, ketulusan pertanyaan itulah yang saya rasakan. Ketulusan berbalut doa. Semoga Allah mengabulkan pula untuk kalian. 

Awalnya saya bisa dibilang risih dengan pertanyaan itu, lalu berkata, "Ngapain koq sering tanya?", kalau kata anak jaman sekarang, "Masalah buat eloh?". ehehe... Apa ya, awalnya merasa bahwa itu adalah pertanyaan yang sensitif, berbuah ketidaknyaman di hati, bla bla bla. Itu awalnya. 

Tapi, setelah ke sini, saya mencoba untuk mengubah mindset berpikir saya. Benarlah kata bu Olfa, "Upayakanlah hatimu bersih dari prasangka buruk kepada orang lain". Allah... sungguh, jadi selama ini prasangka buruk itu yang terus saya pelihara. Padahal, ada hikmah lain yang saya dapatkan. Semakin banyak orang bertanya, artinya, semakin banyak orang yang perhatian kepada kita. Terlepas dari masalah ketulusan ya (karena tulus tidak, bisa dirasakan sendiri oleh hati kita).. dan semakin banyak yang bertanya, maka semakin banyak peluang kita untuk mengatakan, "Wah, belum ada kabar ini.. Mohon doanya ya kawan.. Semoga segera beroleh keturunan..". Hehe.,. habisnya kalau tiba-tiba nyeletuk, "mohon doanya ya, biar segera beroleh momongan", bisa jadi malu. hihi... Begitulah... ada doa yang justru dapat kita curi dari kesempatan itu. 

Nah, sekarang gini, kembali kepada porsi kita sebagai hamba Allah, tugasnya adalah ikhtiar dan doa. Selanjutnya tawakkal. Begitu kan? Kalau ikhtiar udah, doa udah, dan kita berserah, ridha ikhlas terhadap keputusan/ketetapan Allah pada kita, masak iya sih Allah ngga mengabulkan. Kan itu janji Allah. Cuma kadang kan kita ya ngga yakin itu. Padahal, Allah lebih tahu yang mana yang lebih baik untuk kita. ya ngga? ;)

Dan atas semua itu, saya Alhamdulillah, baik sebelum maupun di awal-awal menikah, diskenariokan oleh Allah bertemu dengan orang-orang yang diuji oleh Allah. Ujian yang berhasil dilewati, hingga akhirnya ada kebahagiaan tersendiri yang dirasakan. 

Siapa sajakah mereka? Seorang kawan di kantor, sudah dua tahun menikah tidak juga dikaruniai momongan. Tapi, Alhamdulillah, di akhir tahun ke dua (maaf, tepatnya tidak tahu) Allah beri ia momongan. Dan tak berhenti dari situ. Allah beri rizki yang berlimpah. Apakah itu? Ya. Setiap tahun setelah 2 tahun kosong itu, Allah perkenankan si wanita tersebut merasakan nikmatnya melahirkan. Ya, dan kini, belum ada sepuluh tahun, kalau tidak salah, anaknya sudah 8 orang. :')

Lain lagi dengan seorang ustadzah yang lain. Beliau ustadzah, menikah dengan seorang ustadz. MasyaAllah. sudah entah tahun keberapa mereka menikah, tapi belum juga sampai sekarang dikaruniai keturunan. Suatu ketika beliau berpesan kepada saya, "Kalau bisa segera, jangan ditunda ya. Kalau teteh mah memang udah susah buat dapet momongan. Tapi adek teteh sekarang lagi hamil, alhamdulillah, teteh seneenng sekali. Biar teteh susah, yang penting yang lain mudah. Semoga beroleh karunia anak shaleh/ah ya..."

Dan kalian tahu, beliau dan suaminya menghabiskan waktu untuk berdakwah. Meski tak punya anak kandung, tapi sungguh, beliau dan suami punya binaan yang demikian banyaknya. dan ilmu yang disampaikan sedemikian luasnya. Semoga cukup untuk menggantikan keutamaan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya. 

Teman, masih banyak contoh lainnya. Bahkan, tidak layak untuk saya tidak bersyukur, di usia yang bisa dibilang masih muda, Allah sudah mengaruniakan saya seorang pendamping hidup yang luar biasa untuk saya :') Allah begitu baik.. Lalu, jika ditanya, mengapa belum ada momongan (baru 4 bulan).. maka sungguh, Allah ingin saya mempersiapkan diri. 

Bukankah seperti maut. Ia tak datang ketok ketok pintu, tapi langsung mencabut nyawa. Maka butuh persiapan sebelum itu. Begitupun jodoh, terkadang tak diduga, maka dinilah mempersiapkan diri. begitulah juga dengan anak, tak akan cukup jika persiapan hanya 9 bulan 10 hari, tapi semestina jauh jauh sebelum itu. Karena amanah anak tidak ringan, akan menjadi anugrah, atau sebaliknya (naudzubillah) bencana jika tak pandai mendidiknya. 

Ya, Allah masih memberi kami kesempatan bersiap diri. Sebagaimana kematian, tak perlu ditunggu-tunggu, ia akan datang. Begitupula jodoh, datang juga kala kita siap. Pun kehadiran anak, biarlah Allah menyiapkan kita untuk mampu menjadi pendidik terbaik untuk mereka kelak, my little girl, my little boy.. generasi shaleh/ah, mujahid/ah tangguh, hafidz/ah.. insyaAllah...

Sumber gambar : http://www2.hiren.info/desktopwallpapers/thumb/big-eyes-cute-baby.jpg

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)