curhatibu.com

Hal Sederhana Untuk Menyadar Bahagia

Baru saja membaca blog Mba Lilis, di situ ada sebuah paragraf begini, 
...setelah menulis berparagraf-paragraf ternyata saya baru sadar, kebahagiaan yang kita dapatkan itu banyak sekali jika kita mau mencatatnya. Sayangnya, kadangkala kita menganggapnya sebagian kejadian biasa dan bahkan lupa berterima kasih kepada Allah atas kesempatan dariNya untuk mengecap rasa itu. Bahkan seringkali kita masih menganggapnya sebagai kekurangan. Berhenti ah menyepelekan kasih sayang Allah, senyuman dari suami, atau terangnya langit pagi hari. Jika Allah mau, Allah jelas bisa merubah jadi  sebaliknya. Lalu, kenapa kita harus lupa berterima kasih jika pada saat ia hilang kita merasa sedih?...
Hehe... benarlah..  Cukup menuliskan apa yang terjadi, sesungguhnya akan membantu kita mensyukuri nikmat yang terberi. Mungkin juga, ini adalah salah satu alasan saya mempunyai blog, dan menulis di bilik ini. Ya, karena terlalu banyak nikmat yang Allah beri, dan sayangnya, kita sering lupa. 
Padahal, nikmat yang kita dapat itu banyak. Tapi, masih saja sering terucap, "Koq Allah ngga adil ya?" 
Padahal, garis hidup yang Allah ciptakan untuk kita begitu indah. Tapi, masih saja sering terucap, "Koq begini ya?"
Padahal, harta rumah pakaian sudah tercukupi. Tapi, masih saja terbersit, "Koq rezekiku hanya segini ya?"
Padahal, kekasih hati tlah sabar menemani, membantu dan memberikan kasih sayangnya. Tapi, masih saja terbersit, "Koq dia begini sih?!"
Padahal, kerjaan nyaman telah didapat. Tapi, lagi-lagi masih terbersit, "Ah, malas ah kerja!"

Apalagi?
Ya
Padahal, kehidupan sudah sedemikian ramah pada kita. Tapi, masih saja terbersit, "Kenapa cobaan begitu berat?"
----
Dan, masih banyak padahal-padahal yang lain. Rajutlah setiap kebahagiaan dalam tulisan. Dan bacalah ia, kala hati sedang gundah dengan bersitan ketidaksyukuran dalam kehidupan. InsyaAllah, bisa mengingatkan bahwa sungguh nikmatNya tak terhitung, dibanding segala cobaan ke-tidak-nikmat-an yang diberi. Meski sebenarnya, bisa jadi, cobaan itu nikmat. Ya, nikmat, karena mengajak kita untuk kembali mengingat syukur. Syukur atas nikmat yang baru saja diambil kembali (sementara). Rajutlah kebahagiaan itu. Karena kesulitan itu tidak berlangsung lama. Sebagaimana ujian yang hanya datang tiap periode, waktu-waktu tertentu. Tapi dia (kesulitan dan ujian) itu akan menjadi gerbang naik pangkatnya kita ke derajat yang lebih tinggi. Semoga. 

Maka, rajutlah kebahagiaan itu dalam makna kata, dalam gores pena, al qalam. Lalu bacalah, bacalah, bacalah.. Semoga Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan hamba yang bersyukur. 

sumber gambar : di sini dan di sana

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)