curhatibu.com

Notes From Qatar#sesi 1


Judul Buku : Notes From Qatar
Penulis : Muhammad Assad
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Jumlah Halaman : 306 hal

"There is no growth in comfort zone and there is no comfort in growth zone. I must leave my comfort zone to grow", demikian sepenggal kalimat pengantar penulis atas buku Notes From Qatar, yaitu ketika datang pemberitahuan dari Qatar Foundation bahwa apliaksi beasiswa S2-nya di Qatar diterima. Ya, penulis harus meninggalkan (lagi) negeri tercinta dan (terutama) keluarga tercinta. Namun, sesungguhnya, "Qatar, is a new chapter of my life! In order to get something, we have to sacrifice something."
Pelajaran pertama yang saya dapat dari buku ini adalah 3 P untuk meraih impian. Kisah inspiratif dari penulis saat berjuang beroleh beasiswa menjadi gambaran betapa dibutuhkan 3P ini. Apa maksud 3 P ini?

Positive. Bukankah Allah beserta prasangka hambaNya? Maka, di saat awal melangkah, menentukan impian, keinginan, cita-cita, satu hal yang harus ada dalam benak kita adalah yakin. Yakin bahwa impian itu akan dapat kita raih. Jika di awal kita sudah tidak yakin, maka langkah kita akan terhenti saat itu juga.
Persistence. Keyakinan kemudian diimplementasikan dengan usaha. Karena kalau yakin saja, dan tanpa usaha, bagaimana kita akan bergerak menjemput cita. Nah, dalam usaha kita itu, tidak akan mulus-mulus saja. Pasti, selalu ada halangan, kegagalan, tantangan, dan seterusnya. Tapi, yang harus kita lakukan adalah TERUS BERJUANG. Gagal? Coba lagi. Gagal lagi? Coba lagi!. teruuus dicoba. Sampai Kegagalan itu gagal menghancurkan impian kita. Dan jangan khawatir, jika kita memiliki 10 peluang, dan kita mencoba semuanya, masak iya sih (dengan ijin Allah) tak ada satuuu saja peluang yang tembus!
Pray. Tiada daya upaya kecuali dari Allah. Maka, alangkah sombong diri jika tidak memohon keberhasilan dan keberkahan pada Allah. Memohon petunjuk dari Allah. Karena Allah yang paling tahu pilihan terbaik atas peluang-peluang yang tercipta untuk kita. Dan Allah-lah yang berkenan memberhasilkan salah satu atau kesemuanya

Ketiga hal di atas menjadi tagline halaman depan buku ini. Dan inilah yang menjadi kekuatan seorang penulis hingga akhirnya saat ini sedang menjalani kuliah S2 di Qatar, dengan full schoolarship-nya. Begitu juga yang membuat penulis meraih 3 penghargaan bergengsi saat menyelesaikan full schoolarship (juga) di Malaysia. :) Mantap.

Bagaimana dengan kita? Setelah membaca pemaparan 3 P ini, saya jadi tergerak untuk menuliskan (ulang) impian saya di salah satu blog (rahasia) saya. :D Mohon doanya, semoga impian dan harapan yang saya tuliskan dapat terwujud. Keep 3P!

Pelajaran kedua yang membekas di benak saya saat membaca buku ini adalah : BERSYUKURLAH

Ya, silakan baca di bab " Dan Bersyukurlah" part 1 dan 2. Di sana, dijabarkan hakekat bersyukur. Sebenarnya, apa yang disampaikan adalah hal-hal yang kita sudah tahu, yang kita sudah paham. Tapi, mungkin itulah fungsi tulisan. Kita yang paham atau tahu, kadang tidak bisa menjabarkan dalam tulisan, kepahaman hanya untuk diri sendiri. Dan yang kedua, tulisan adalah pengingat, pengikat ilmu. Sehingga akan bisa diingatkan setiap saat. --hhe..maaf, jadi melenceng--


Tentang bersyukur, sungguh, menurut penulis, syukur dan sabar adalah dua hal yang akan selalu silih berganti hadir dalam hidup. Syukur mendapat kesenangan, sabar mendapat ujian. Pun, sebenarnya, saat beroleh ujian kita harus bersyukur. Mengapa? Karena ujian yang diberi, meskipun awalnya terasa pahit, tapi rupanya itu adalah yang lebih baik untuk kita. Bukankah Allah yang lebih tahu, dan kita tidak tahu. Dan yang kedua, dengan ujian, artinya kita telah siap naik kelas. Bagaimana kita bisa naik kelas jika kita tidak mengerjakan soal-soal ujian? Maka bersyukurlah karena kita sebentar lagi akan naik kelas.

Lalu, bagaimana cara kita bersyukur? Yaitu dengan mengakui nikmat yang diberikan Allah, dan memanfaatkan nikmat itu untuk kebaikan. Itu saja. :)

Tapi koq banyak yang tidak bersyukur? Jawabnya, orang-orang yang tidak bersyukur lebih sering melihat rumput tetangga yang lebih hijau. Kita sering membanding-bandingkan apa yang dimiliki orang lain, sehingga membuat kita kufur. Terkait membanding-bandingkan ini, boleh jika yang dibandingkan adalah dengan tujuan memberikan motivasi untuk lebih baik, misal terkait prestasi, terkait ibadah, terkait akhirat, terkait ilmu, keshalehan, dan sebagainya. Hal justru penting supaya kita tidak menjadi orang yang sombong, merasa sudah paling baik sendiri. Tapi kalau yang dibandingkan adalah perihal materi, fisik, harta, jabatan, rumah, kendaraan, uang, dan sejenisnya, sehingga membuat kita kufur atas apa yang ktia miliki, sungguh ini yang membuat kita tidak bersyukur.



Selain itu, tidak syukurnya seseorang itu disebabkan tidak sadarnya seseorang atas apa yang telah dimiliki. Ia terus menerus mencari-cari apa yang dia inginkan. Tidak sadar sudah punya rumah, masih mencari-cari rumah yang lebih mewah. dan seterusnya.

Untuk bab syukur ini, penulis menutupnya dengan kisah Rasul. Betapa syukur Rasul luar biasa. Meskipun Rasul telah dijamin surga dan dijaga dari dosa, Rasul tetap melaksanakan ibadah, sampai bengkak kakinya. Apa jawab beliau saat ditanya Aisyah tentang ibadah beliau, "Apakah saya tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur?"

Masih banyak pelajaran yang dapat diambil dari tulisan dalam buku ini. InsyaAllah akan saya bahas di lain kesempatan. Yang pasti, buku ini bagus. Sederhana bahasa yang digunakan. Sehingga terasa ringan membacanya. :)

2 comments

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)