curhatibu.com

-3- Visi Misi dan Gelut Organisasi Manusia


Ketika seorang bayi lahir, maka ia tak tahu apa itu visi misi. Bayi itu baru tahu apa itu visi misi begitu menginjak usia yang tepat untuk berorganisasi. Akhirnya, bayi itu menapak sebuah organisasi dengan visi dan misi tertentu. Hm... Bukan lagi kita sebut bayi tentunya, melainkan sosok organisatoris. Cikal bakal sematan aktivis.

Kungkungan sematan aktivis ini menggelora terus selama mereka menganggap dirinya aktif berorganisasi. Tatkala masa remaja terlewat, mereka menapaki dunia orang dewasa. Karier mereka beralih dari aktivis kampus menjadi aktivis partai (misalnya), atau mungkin aktivis masyarakat. Sedikit dari mereka yang menukik menjadi apatis tulen. Yang terakhir, tidak dibahas di sini.

Lanjut lagi, masa dewasa itu pun kian mengerut menjadi masa tua. Hasilnya mereka pensiun dari masa organisasi mereka. Dan sayang seribu sayang, demikian mereka memaknai organisasi dengan terlalu sempit, menganggap bahwa organisasi itu identik dengan jamaah bejibun dengan ketua yang menjadi figur luar biasa di tengah-tengah mereka, oh... hingga mereka lupa menyadari makna organisasi dari sudut pandang lain yang bersifat dunia-akhirat.

Kalau boleh berteriak, saya akan katakan, “Whooooiii, kau anggap apa istri dan anak-anakmuuu?”

Begitulah, mereka lupa untuk mengorganisasi sebuah organisasi yang hulunya ada di perhelatan akad nikah, dan hilirnya di surga kelak (aamiin). Lain dari organisasi duniawi, yang hulunya di masa kita terpilih menjadi salah satu punggawanya dan hilirnya di masa pensiun kita dari organisasi itu.

Bahkan, Allah gariskan perihal organisasi ini di kalam-Nya; Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (QS 66:6)

Wow, terlihat keren jika digubah menjadi sebuah visi bukan? Contoh visi organisasi ini: “Terpelihara diri dan anggota organisasi ini dari api neraka.”... Cieee...

Kalau organisasi yang mereka punggawai memiliki visi misi yang membuat orang-orang terkagum-kagum. Membuat orang lain ingin menjadi bagian dari kesuksesan organisasi itu, hm... akankah kita bisa memunggawai organisasi kita sendiri? Entah kita di pihak suami atau di pihak istri, rasa-rasanya keduanya sama-sama harus berkontribusi penuh.

Menukil ustad Masturi dalam salah satu kajiannya, “Itulah perlunya, kita rapat antar-sesama anggota keluarga. Merumuskan visi keluarga, misi keluarga, dan detail-detail lain dalam urusan keluarga. Termasuk memecahkan permasalahan yang juga diperlukan melalui prosedur rapat.

Akan bersifat elegan bila sang ayah membuka rapat dengan basmalah, lantas si bayi mungil mengangkat tangan menyampaikan usul yang membuat sang ibu gelagapan. “Umi, mau pipis umi!”

Lebih dari itu, bagi yang belum punya visi misi dunia-akhirat keluarga barakah, maka perencanaan lebih dini adalah pilihan terbaik. Toh, jika telah sah nanti, bisa dikonsolidasikan bersama pasangan. Hehe. Atau jika sudah menapaki organisasi keluarga bertahun-tahun lamanya, tak ada salahnya sedari sekarang memikirkan, “Mau dibawa kemana! Hubungan kita, ups salah; ‘keluarga kitaa!”

Salam, Schizy

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)