curhatibu.com

-2- Dragon Ball dan Istiqomah


Kala itu, Trunk dengan super saiya-nya berjuang mati-matian melawan Cell. Musuh yang mukanya jelek bernama Cell itu bisa tiba-tiba tampan dengan otot kawat balung wesi-nya, jika ia menyedot android nomor 18 dan 17 masuk ke dalam ekornya. Karena untuk menghindari itulah, Trunk berjuang mati-matian. Namun, di luar dugaan, demi melawan Cell, energi Trunk dilejitkan jauh di luar dugaan. Cell pun kaget luar biasa. Kalau dibuat skala, energi Trunk bisa meningkat sepuluh kali lipat dibanding Cell. Lalu, akankah si Trunk menang?

Ternyata Akira Toriyama -sang kartunis Dragon Ball- tidak berkehendak demikian. Trunk justru dihajar habis oleh Cell. Dengan energi sebesar itu, pergerakan Trunk jadi letoy,
kegesitannya berkurang drastis. Sebaliknya, Cell yang energinya tak lebih bagus dibanding Trunk, justru mampu memukuli sekaligus menghindari serangan Trunk secara bergantian. Alhasil, Trunk kelelahan dengan energinya sendiri yang terlampau menaik. “Hosh hosh hosh...”, keluhnya.

Di scene lain, Son Goku mengajari sebuah pelajaran berharga kepada Son Gohan di ruang bebas waktu milik Dewa (tokoh yg mirip Piccolo itu lhoh). Satu tahun di ruangan itu sama dengan satu hari di dunia komik Dragon Ball (hehe). Nah, tahukah apa yang diajarkan Son Goku kepada anaknya waktu itu?

“Kau tahu Son Gohan?”, kata sang ayah. “Kita tak perlu melejitkan Super Saiya kita tinggi-tinggi, karena hal itu akan berefek pada kecepatan kita dalam menghindar dan memukul. Cukup kita konsisten membiasakan diri kita berada dalam kondisi Super Saiya. Maka, kita akan mampu melawan musuh kita di sana itu, dengan lebih tertata, dengan semangat yang juga sudah kita biasakan. Nah, marilah kita biasakan supersaiya itu menyatu pada diri kita, mulai dari sekarang hingga melekat pada keseharian kita!”

Pada episode berikutnya, tatkala Bezita melihat Son Goku dan Son Gohan keluar dari ruang bebas waktu, ia malah membatin sinis, “Heuh, Son Goku tidak seperti biasanya, bagaimana ia bisa menggunakan Super Saiya sambil tersenyum begitu? Selalu saja, ia lebih baik daripada aku!”

***

Sedikit kilas balik komik Dragon Ball nomor 33 itu menyimpan pelajaran berharga bagi kita semua. Kenapa kita perlu menjaga pembiasaan dalam beribadah? Tentunya agar kita tidak capek sendiri, apabila kita menargetkan aktivitas yang muluk-muluk, di luar kemampuan kita, atau lebih tepatnya, musuh kita (setan) sudah tahu dimana letak kelemahan kita, dan diseranglah kelemahan itu. Klepek klepek deh kita, menjalankan aktivitas super-ibadah yang akhirnya cuma dikerjakan sekali seumur hidup (atau dalam waktu yang tidak istiqomah).

Tak cuma sampai di situ, satu pelajaran lagi juga bisa kita petik. Jika Son Goku dkk. punya super saiya sebagai jurus andalannya, kita juga wajib punya ibadah unggulan yang notabene konsisten kita lakukan. Yah, barangkali bisa kita contohkan riil dengan Dhuha 2 rakaat sehari, sedekah seribu rupiah per hari, puasa tiga hari per bulan, lari pagi dua kali sepekan untuk memangkas lemak, dan lain-lain bisa direncanakan sendiri.
Kalau tidak punya? Bagaimana kita bisa menghindar dari setan? Seperti Son Goku yang mengemas strategi Super Saiya untuk mengalahkan Cell, kita pun harus punya jurus andal untuk membuat setan klepek klepek. Dan jangan lupa, minta pertolongan Allah dengan ikhtiar dan doa. Allahu a’lam.

(Schizy)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)