curhatibu.com

Syukur itu...

Ada banyak nikmat yang Allah berikan, tapi selalu kita anggap kecil dan sederhana. 
Ada banyak kemudahan yang Allah berikan, tapi rupanya iman kita teramat rapuh untuk mengenalinya. 

Ada banyak kesehatan yang Allah karuniakan pada kita, tapi jarang sekali kita sadari sebagai kenikmatan hidup. 
Allah sehatkan lisan kita, tapi kita jauhkan ia dari banyak berdzikir kepada-Nya.
Allah jaga mata kita, tapi teramat sering ia kita gunakan untuk melihat yang tidak perlu.
Jarang pula kita gunakan mata itu untuk membaca ayat-ayat Allah. 
Allah kuatkan kaki kita, tapi kita lemahkan ia untuk memenuhi panggilan-Nya ke masjid.
Teramat banyak nikmat yang kita abaikan, teramat sedikit ketaatan yang kita lakukan. 
Rasa-rasanya kita teramat layak untuk selalu berdoa. (matahati01)
Sebuah quote; nasehat diri.. untuk lebih bersyukur. Saya jadi teringat, 2 hari lalu, seperti biasa saya naik Commuter Line dari Tanah Abang ke Pondok Ranji. Tetiba ada dua orang anak (usia SD) masuk kereta berdiri di samping saya. Mereka rame sekali, entah berbincang apa. Saya biasa saja, tak terlalu menghiraukan mereka. Tapi, ke-tak-acuh-an saya berubah, saat kemudian beringsut dua orang lagi, seorang bapak, dan ibu. Tangan bapak dan ibu itu ditarik-tarik sang anak. Awalnya, saya berpikir, si anak sudah tidak sabar untuk duduk. Tapi, bukan. Bukan itu. Saya baru tersentak sadar saat sang anak berkata pada sang ayah, "Ini keretanya tinggi lho, Pak..." sembari menyentuhkan tangan si ayah ke atap-atap kereta. 

Kemudian saya sadar bahwa, sang ayah tidak bisa melihat. Lalu sang ibu? 
Ah, Allah ampuni hamba-Mu ini..

Saya sempat merasa tidak nyaman ketika mereka masuk, lalu tangan-tangan si ibu memegang-megang pundakku. Saya lupa apa yang disampaikan si Ibu. Tapi saat itu saya pikir, "ini kan ada pegangannya bu..". Dan saya baru menyadar bahwa sang Ibu beroleh keistimewaan yang sama dengan suaminya. Allah..

Tapi tahu tidak; mereka begitu ceria. Awalnya mereka berdiri, di sebelah saya yang sama-sama bergelantungan di Commuter Line tersebut. Kemudian ada orang baik yang mempersilakan sang ibu dan anak untuk duduk di tempatnya. Alhamdulillah.. Masih banyak orang baik di Jakarta.. :)

Sang anak bungsu yang awalnya digendong, kini sudah berdiri di belakang tempat duduk ibu, dan si sulung duduk di pangkuan sang ibu. Sang ayah yang awalnya berdiri, lalu bergeleyot duduk setengah jongkok, meletakkan kotak ngamen-nya, di depan ibu yang kebetulan ada di tempat duduk ujung. 

"Wah, sayang ya kita ndak bisa ikut kereta yang tadi; kan lebih enak," kata sang ayah. Sesaat kemudian terdengar pintu kereta ditutup. 
"Lhoh, ini udah mau berangkat ya?" masih sang ayah berkata
Lalu si sulung berkata, "iya, pak.. tadi di sana saya tanya dulu petugasnya, yang mana berangkat duluan. Trus katanya yang ini, makanya kita naik yang ini"

Oh... wew.. setelah itu, sepanjang perjalanan mereka ketawa ketawa. Ya, gerbong kami jadi riuh oleh canda tawa mereka. Meski sesekali si anak teriak karena digelitikin si bapak; atau si ibu yang marah-marah karena rambutnya dijambak-jambak oleh si bungsu; dan sesekali memperingatkan si bapak untuk tidak menggoda sang anak. Wajah mereka bahagia...

"Semoga kalian jadi anak-anak yang sholeh, penghafal Qur'an, mendirikan sekolah untuk orang miskin, memberikan mahkota terindah untuk orang tua."

Allah..kesabaran mereka..kesyukuran mereka atas keadaan. Hingga Engkau berbaik hati menganugrahkan mereka dua anak lelaki yang normal. Semoga mereka jadi anak yang cerdas. 

Rabb.. berikan taufik dan hidayahMu kepada keluarga tersebut.

"Eh, jam berapa ini? Kita masih buka puasa di jalan berarti ya?" ujar si ayah.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)