curhatibu.com

Adab Murid dengan Gurunya seri 14 - Mencintai Murid - Faedah Kajian Ust Hasan Al Jaizy



Tawadhu', tidak membanggakan diri di hadapan dirinya, tidak menyombongkan diri kepada lainnya, tidak dzolim kepada orang lain. 

Tidaklah seseorang tawadhu' yang LILLAH, kecuali Allah akan mengangkatnya. Kata kuncinya : karena Allah. Ada orang yang tawadhu untuk mendapat pujian manusia, ini disebut "merendah untuk meninggi", berlagak tawadhu, supaya dianggap orang orang sebagai orang tawadhu.

Jika tawadhu secara umum adalah baik, maka, sikap tawadhu seorang murid kepada gurunya adalah lebih terpuji lagi dan lebih menunjukkan adab dan akhlaknya kepada gurunya. Begitu juga sombong; jika ia tercela secara umum secara individu, maka kesombongan seorang murid kepada syaikhnya lebih buruk lagi, menunjukkan kurang adab, buruknya akhlak, dan kegagalan seorang murid. 

Kegagalan murid ini bisa jadi juga terjadi akibat perilaku gurunya (misal karena melakukan dosa). Guru yang baik dan sayang pada murid adalah guru yang perhatian dalam murid untuk perbaikan muridnya; mengingatkan muridnya, tegas, keras, agak serem (untuk kebaikan anak didik). Ini biasanya yang membekas kepada anak didik. Namun, banyak orang yang tidak siap untuk tegas dalam mendidik. Guru yang memanjakan semata itu hanya akan mengorbitkan murid murid yang karbitan, tidak bagus. 

Berkata Ibnu Jama'ah, 'dimaklumi bahwasanya merendahkan diri/hati kepada syaikhnya, adalah kemuliaan/izzah/kehormatan'. 

Di Majelis ta'lim, jika ada orang yg tidak setuju dengan syaikhnya, lalu mengungkapkan ketidaksetujuan pada ustadz secara tidak beradab; yang tampak salah justru adalah si murid tersebut. Mengumbar kesalahan seorang guru di hadapan umum -meskipun memang benar ada kesalahan- adalah wujud tidak tawadhu nya murid tersebut. 

Taatnya seorang murid kepada guru itu merupakan kebanggaan sendiri. Kesombongan dan ketaatan tidak akan pernah bergabung dalam diri seorang murid. Seorang murid yang tawadhu pada gurunya, ia akan merasa bangga menjadi murid guru tersebut. Jika murid itu tidak ada rasa tawadhu pada guru, maka tidak akan murid merasa ada kebanggaan menjadi guru tersebut. Sekalipun, berani menyampaikan siapa nama gurunya, bukan karena kebanggaan, tapi karena sekedar ingin diketahui orang siapa guru kita.

Dikatakan pula, bahwa Al Imam Asy syafii dicela karena tawadhunya beliau kepada para ulama (ulama ahlusunnah)

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)