curhatibu.com

Mencatat Faedah - Untukmu Penuntut Ilmu (Faedah Kajian Ust Hasan Al Jaizy) - Bag.27


Jika Anda telah rutin hadir dalam suatu kajian, lalu ada masa ketika Anda tidak bisa menghadirinya. Maka, jangan pernah merasa biasa saja untuk tidak mencari tau materi apa yang tertinggal. Apalagi, di zaman sekarang ini, sangat mudah Anda mendapatkan rekaman/video tentang materi kajian; dan bisa sangat mudah Anda ulang kembali berkali kali untuk mendapatkan faedah, bahkan sampai menghafalkannya. Cobalah, Anda, dengarkan 1 rekaman kajian, 30menitan, ulang ulang, sampai menghafalnya. 

Mengapa penting mencari tau materi yang tertinggal? Karena satu kajian dengan kajian lanjutnya itu ada keterkaitan, yang terkadang jika ada yang tertinggal, maka kita tak mendapatkan ilmu utuh dari kajian itu. 

Pentingnya Mencatat Faedah Ilmu pada Buku Cetak (Kitabnya)

Jangan remehkan jejak tulisan tangan Anda di kitab kitab yang Anda pelajari. Siapa tau kelak hal tersebut akan dibanggakan oleh anak cucu Anda, juga ditiru kebaikannya oleh mereka. Jejak kaki/jejak tangan, yang Anda usahakan pada masa muda, akan terpancar juga kepada kualitas Anak cucu Anda kelak. Allah tidak akan menyia-nyiakan suatu kebaikan. Termasuk di dalamnya menuntut ilmu, Anda belajar, itu akan bisa menjadi bekal yang baik untuk Anak anak Anda.

Mencatat bisa dilakukan di buku cetak/kitabnya, atau bisa dicatat di buku tulis yang berbeda. Namun, ketika dicatat di kitabnya, akan lebih terkenang, dan lebih bisa terbaca "situasi" tatkala materi itu disampaikan.

Seseorang yang rajin mencatat faedah suatu kajian/materi, lalu dimurajaah/dibaca kembali kitab + syarah / penjelasan ustadz yang menyampaikan, akan memperluas cakrawalanya tatkala berbicara. Ini juga termasuk manfaat dalam mencatat : membantu ketangkasan Anda dalam berbicara. Seseorang bisa lebih mengalir dalam berbicara, tidak mudah kehilangan kata-kata/materi/tema.

Catatlah faedah dari kajian ustadz, sekalipun nampaknya faedah itu sepele/ringan untuk Anda. Faedah yang demikian, jika seseorang tekun mencatatnya, maka akan mempermudah dirinya dalam lancar dalam menyampaikan nantinya. Namun perlu diingat, tujuan kita belajar bukan untuk berbicara/menyampaikan, melainkan untuk menjadi lebih bertaqwa.

Murid yang sukses adalah murid yang terinflunce dengan karakter gurunya; ada keserupaan dengan gurunya. Ini murid yang bagus. Tapi murid yang di dalam dirinya ada ujub/kesombongan, tidak mau diketahui orang punya guru si fulan si fulan; maka Anda adalah cerminan dari guru Anda juga. Semestinya seorang murid yang baik itu tidak sungkan menyebutkan dari mana saja dia mengambil ilmu, dari tempat mana saja dia belajar. Ilmu ini dipelajari bukan untuk membuat Anda tampak hebat di mata orang-orang, tetapi kewibawaan seseorang terletak di ketaqwaannya; sekalipun Anda tidak berniat menampakkannya. Ketaqwaan Anda itu akan membuat Allah menumbuhkan rasa cinta orang kepada Anda.

SAAT MEMBELI BUKU

Jika Anda membeli buku, jangan letakkan di deretan rak pribadi; kecuali setelah membaca secara global (melihat muqoddimah, daftar isi, dll). Adapun membaca secara terperinci, kita khatamkan dari awal-akhir, atau memilih tema tema yang dibutuhkan. Minimal, sebelum diletakkan di Rak, baca dulu, minimal secara global, untuk mengetahui, "Ini kitab membicarakan tentang apa?". Jika Anda melakukan hal ini, sesungguhnya Anda telah mengetahui isi kitab itu.

Seorang yang Lalai, adalah orang yang membeli buku yang sama 2 kali; mengapa? Dia lupa sudah pernah punya, karena setelah membelinya tidak pernah dibaca, hanya langsung disimpan.  Atau tatkala dia mencari-cari sbuah buku online; ia tidak tidak sadar bahwa di perpustakaannya sudah ada. Dia nggah ngeh kalau punya. Atau saat ada orang yang bertanya tentang suatu buku, dikatakannya "Tidak punya", padahal ada di rak bukunya.; bahkan terlihat olehnya pagi dan petang. Ini semua karena dia tidak terlalu peduli, tidak terlalu suka dengan membaca.

Orang yang suka membaca (bacaan yg runtut, bukan membaca berita sosmed), akan terlihat berbeda dalam susunan kalimat dan struktural pemikiran nya dengan orang yang tidak suka membaca. Pimpinan kantor, misalnya, bahasanya nampak simpel, tapi sebenarnya sangat terstruktur; karena ada ilmu/bacaan yang mengisi pemikiran. Beda dengan orang orang awam, mereka suka ngoceh ke sana ke mari, tapi sebenarnya tidak jelas apa yang disampaikan; tidak berbobot.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)