curhatibu.com

Ujung Penantian

Ketika cahaya perlahan memuncak, membersamai pemiliknya, sang mentari yang masih terus setia menemani bumi; lantunan itu perlahan terdengar. 

Menggaung mengalun, lembut mendayu, namun menghempas, menepas. Satu dua kalimat terucap tegas. Tanpa jeda. Seolah tak ragu, ujung penantiannya telah tiba.

Terlafadz dengan mesra, usai beberapa lafadz ayat suci mengalun merdu, membuat nuansa kian syahdu.

Sekian detik berlalu, hingga terputuskan sudah; ia telah halal. Dirinya, dan dirimu. Juga siapapun, yg pada hari itu namanya tertulis beroleh pendamping jiwa. 

Gerimis mulai membasah. Tak membiarkan lekuk lesung pipi kering dari hangatnya air mata keharuan. 

Pertanda syukur. Atas nikmatNya yg teramat besar itu, beroleh tautan hati. Sekaligus penanda takut, karena janji yang telah terucap, harus dipertahankan dan dipersiapkan jawaban atas tanya Sang Pencipta, kelak.

Semesta seperti bersenandung. Beriringan awan memutih meneduhkan. Diiring kicau alam, seolah ikut bertasbih atas pertemuan yang mengagumkan. Ya, majelis yang dirindukan, dan semoga penuh keberkahan. 

Satu per satu kawan menghampiri menuturi doa, juga harapan kebaikan bagi keduanya. Peluk haru yang sesekali nampak, di antara sahabat yang sama tau bagaimana perjuangan menjaga hati dan rasa dalam kesucian. Terucap selamat, karena kesabaran penantian selama ini; yang sejenak akan dirayakan bersama kawan dan sanak saudara.

Kini, keduanya sudah bebas bersua. Berkolaborasi menata aksi, untuk lebih produktif dan prestatif. Memperjuangkan visi, yang telah sama dimantapkan semenjak awal pertemuan. Dan, semoga selalu begitu, hingga penghujung kehidupan, dan berlanjut pada kebersamaan yang penuh bahagia, di taman-taman surga kelak.

Bukankah itu, harapan kita semua?

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)