curhatibu.com

Mengapa Ikut Kelas Menulis?


Pada suatu hari, saya menyimak materi coaching dari seorang Youtuber Bisnis di Indonesia. Dalam materi yang disampaikan, beliau berpesan bahwa jika kita sudah mengetahui masalah yang membuat bisnis kita jalan di tempat, maka mudah. Kita tinggal mencari solusi atas masalah itu. Namun jika kita belum mengetahui masalahnya apa, sementara bisnis tidak juga berkembang, maka kita butuh mentor yang akan menganalisa dan memberi tahu kita masalahnya, dan membantu kita menemukan solusinya. 

Begitu juga dengan urusan tulis-menulis ini. Saya memang tidak secara khusus ingin menjadi seorang penulis profesional, tetapi saya ingin bisa menulis dengan baik. Sementara, selama ini saya selalu berkutat dengan tulisan yang saya rasa kualitasnya jalan di tempat. Memang saya menulis, tapi tulisan saya tidak semakin baik, makin tidak enak dibaca. 

Bahkan, dalam beberapa periode, saya tidak menelurkan tulisan sama sekali. Sekedar status/story pun enggan. Kehilangan semangat sama sekali dalam menulis. Terasa aneh; sebab sejak kecil, menulis menjadi salah satu metode healing saya. Ada banyak perasaan yang bisa saya deteksi dengan menuliskan keruwetan yang ada dalam pikiran. Ada banyak masalah yang menjadi tampak, dengan saya ketikkan di keyboard komputer saya. Ada banyak solusi yang tiba-tiba bisa mengalir saat saya mengurainya melalui kata. Maka agak aneh jika saya tiba-tiba tidak ingin menulis sama sekali. 

Saya mempunyai buku harian sejak kecil. Saya mempunyai laman blogspot (cahayaembunfajar.blogspot.com) yang usianya sudah lebih dari 1 dasawarsa. Saya pun mempunyai akun media sosial (Facebook dan Instagram) yang sebagian besar statusnya bukan sekedar ngomong 1-2 kalimat, melainkan rata-rata 2-3 paragraf. Maka ketika naluri menulis itu hilang, ada banyak benang kusut di pikiran yang perlu dan butuh diuraikan, juga beban hidup yang butuh dikeluarkan melalui curhatan kalimat demi kalimat seperti biasanya. 

Lalu ketika ingin memulai menulis kembali, tangan dan pikiran kaku. Mengetik kata satu, dua buah kata, hapus lagi tak puas. Satu dua kalimat berhasil disusun, pencet tombol backspace atau select all-delete.  Satu paragraf berhasil disusun, mentok tidak ada lagi ide, akhirnya ditinggalkan.

Dari sini saya mulai merasa butuh mentor, coach, untuk membantu saya menemukan masalah saya di dunia kepenulisan ini, dan agar tulisan saya bisa semakin baik, berkembang, dan pada akhirnya bisa memberikan manfaat untuk lebih banyak orang. Sesederhana itu. 

Mengikuti Kelas Berbenah Sadis - Writing ini, mungkin menjadi salah satu jawabannya. Setelah saya sebelumnya mengikuti kelasnya mbak Rika juga dalam urusan berbenah, maka merasa optimis akan mendapatkan perubahan ke arah lebih baik di kelas menulis ini. Bismillah.   

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)