curhatibu.com

Kekhawatiran Ibu Saat Homeschooling


Ada banyak kegalauan seorang Ibu saat mulai homeschooling, maupun yang sudah berbilang tahun menjalankan praktik homeschooling di keluarganya. Kekhawatiran yang muncul biasanya terkait bagaimana jika nanti anak saya tidak cukup bekal selama belajar di rumah. 

  • Bagaimana jika anak kurang terstimulasi. 
  • Bagaimana jika anak menjadi tidak punya teman. 
  • Bagaimana jika anak tidak bisa menikmati berbagai pengalaman layaknya anak sekolah. 
  • Bagaimana jika anak tidak memiliki kemampuan belajar bersama guru. 
  • Bagaimana jika anak membenci saya sebagai orang tua yang seringkali seolah menyuruhnya belajar selama di rumah - tidak seperti anak lain yang ketika keluar dari sekolah bisa bebas. 
  • Bagaimana jika anak tidak memiliki pengalaman hidup bersama banyak orang sebagaimana anak sekolah. 
  • Bagaimana jika nanti ijazahnya tidak diakui oleh sebagian sekolah. 
  • Bagaimana jika anak tidak bisa mendapatkan pekerjaan sebagaimana anak sekolahan. 
  • Bagaimana jika anak tidak bisa ikut ragam lomba yang bisa diikuti oleh anak sekolahan. 
  • Bagaimana jika anak merasa bosan di rumah. 
  • Bagaimana jika anak mulai ingin sekolah seperti teman-temannya. 
  • Dan ada banyak "What if..." lainnya di dalam benak seorang Ibu HS. 

Apakah ada yang merasakan hal sama? Ya. Saya pun demikian. Banyak list di atas yang sering saya rasakan. Namun, pagi ini saya membaca email dari Mentor HS saya, DR Gemma, yang secara rutin memang mengirimkan artikel terkait HS ke email. Beliau di sana menyampaikan bahwa kita sering fokus dengan hal-hal negatif yang kita takutkan. Lalu lupa, ada sekian list |What if" yang positif untuk kita dapatkan jika menjalankan homeschooling ini dengan baik. 

  • Bagaimana jika dengan homeschooling ini anak kita mendapatkan kedekatan hati yang lebih karena aktivitas bersama kita lebih banyak. 
  • Bagaimana jika anak homeschooling mendapat pengalaman hidup lebih nyata karena mengalami pembelajaran sejak bangun tidur hingga kembali tidur. 
  • Bagaimana jika anak homeschooling mendapatkan teman lebih banyak dari ragam usia, sehingga kelak dia pun tidak kesulitan untuk menjalin hubungan dengan orang lain di "dunia nyata" setelah usia sekolahnya. 
  • Bagaimana jika anak homeschooling mendapat pengalaman berkunjung ke lebih banyak tempat karena waktu yang dimiliki lebih leluasa. 
  • Bagaimana jika anak homeschooling punya lebih cepat mengenal diri dan berkarya sebab dia punya waktu luang yang banyak untuk menggali minat dan bakatnya. 
  • Bagaimana jika dia bisa mendapatkan pekerjaan lebih cepat karena sudah memiliki keahlian yang terus diasah semenjak usia dini/sekolah. 
  • Bagaimana jika ketrampilan hidupnya lebih siap untuk menghadapi kehidupan mandiri. 
  • Dan banyak "what if" lainnya yang lebih layak kita "khawatirkan" (harapkan). 

Jadi, apakah kita akan fokus ke kekhawatiran negatif, lalu lupa bahwa ada banyak peluang positif yang bisa mereka dapatkan? 

Selagi kita, orang tua, terus mau belajar, dan tak lupa berdoa, insyaallah amanah ini bisa kita jalankan dengan baik. 

Selagi niat kita mendidik adalah demi menjalankan amanah besar dari Allah, demi mencetak generasi sholih/sholihah. demi mendapatkan kedudukan terbaik kelak di hadapan Rabbul 'Alamin, insyaallah, kita bisa. 

Selagi kita terus berserah dan bertawakal. Karena hati anak, kesuksesan anak, masa depan anak - bukan di tangan kita. Tapi semuanya ada pertolongan Allah. 

Harapkan pertolongan Allah, untuk kita dalam mendidik anak, serta untuk anak-anak kita sepanjang hidup mereka. Semoga Allah memberikan kita petunjuk dan pertolongan. Aamiin.

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)