curhatibu.com

Menjaga Kewarasan Sebagai Ibu Homeschooler


Merawat hati untuk anak homeschooling itu butuh perjuangan. Me time nya tentu lebih sedikit dibandingkan para Ibu yang mempunyai anak sekolah. Bisa jadi, setelah anak-anak diantar ke sekolah, Ibu bisa mengurus hal lain termasuk kebutuhan me-time nya. Namun sebagai ibu bagi anak homeschooling, peluang me-time harus benar-benar disiasati, dicari-cari supaya tetap terpenuhi kebutuhannya. 

Ya, itu 1 hal poin pembeda. Memang penting menjaga kewarasan ini, yang salah satunya memang bisa dengan me-time. Namun jangan khawatir bahwa ada beberapa hal lain yang bisa kita lakukan untuk menjaga kewarasan ini. 

Pertama : ingatkan diri pada niat mendidik anak - khususnya mengapa sih koq memilih metode homeschooling ini. Misalnya, mengingat bahwa kita ingin membangun bonding lebih erat dengan anak, kita ingin memperbesar peluang pahala jariyah dengan mendidiknya sendiri, kita ingin memperbanyak memori bersama anak-anak, kita ingin mengenal lebih dalam anak kita, dari karakter, minat, bakal, kemampuan, perasaan, dan apapun terkait anak-anak. Saat merasa kewarasan terancam, ingat lagi peluang kebaikan yang bisa didapatkan oleh anak, maupun oleh orang tua, yang bisa jadi tidak dirasakan saat ini, bisa jadi akan bisa kita rasakan nanti. Oh iya, saya pernah membuat postingan tentang hal ini di sini untuk menyikapi kekhawatiran para ibu. 

Kedua : ingatlah, Wahai Ibu, peran kita sangat penting dalam mendampingi anak. Kita di rumah adalah pendidik terbaik anak kita. Orang yang bisa jadi paling dicari. Ketika kewarasan itu mulai terombang-ambing, ingatlah, ada anak-anak yang menanti raut wajah bahagia kita, dan ada mereka yang senyum serta tertawa lepasnya bisa membangkitkan kembali mood happy kita. Ibu bahagia akan bisa mendampingi anak dengan lebih tenang dan nyaman sepanjang perjalanan homeschoolingnya. 

Ketiga : Ibu harus memahami tantangan apa yang sangat mungkin dihadapi dalam mendampingi anak homeschooling. Misalnya tentang keterbatasan waktu, multitasking hingga ada rasa terbebani yang sering hinggap. Keterbatasan waktu tentu dialami oleh kita. Sementara pekerjaan rumah tangga masih seabreg, urusan bayi dan balita yang seolah 24 jam minta diperhatikan, anak HS kita perlu difasilitasi belajar sehari-harinya. Waktu terbatas membuat kita harus pandai memanfaatkannya. Dan pada satu waktu tak mengapa jika memang harus sejenak rebahan untuk rehat, atau menunda beberapa hal jika memang terasa lelah. Kemampuan multitasking juga sebenarnya tidak baik untuk kita terapkan, karena membuat kita tidak mindful pada 1 jenis pekerjaan. Tapi adakalanya memang harus dilakukan, seperti saat menemani bayi tidur sembari mengecek pekerjaan rumah kakaknya, menanti air mendidih sembari mempersiapkan worksheet untuk kakaknya. Pandai memilih mana yang bisa disambi, mana yang perlu fokus - sebab keterbatasan waktu beradu dengan banyaknya list pekerjaan. Perasaan terbebani, ya betul. Saat anak homeschooling rasanya tidak ada lagi peluang untuk "menyalahkan" pihak lain jika anak "tidak beres". Misalnya "gurunya gimana, koq sampai anak tidak bisa matematika?" nah. Lha kita sendiri yang ngajarin. Ada perasaan terbebani tentang nanti anak bisa survive tidak ya... Kadang raasa dan kekhawatiran itu justru menjadikan kita makin overthinking dan pusing sendiri. Sadari kemungkinan perasaan ini - yang memang pasti ada. Segera saja dialihkan dengan, "Ah, anak sekolah pun merasa khawatir koq, buktinya mereka banyak yang ikut bimbel, ortunya banyak yang terbebani dengan biaya, kebutuhan peralatan sekolah yang seabreg, dan sebagainya." jadi ya sama saja.

Keempat : kewarasan bisa diupayakan koq. Misalnya dengan membuat jadwal yang terstruktur untuk kegiatan homeschooling dan pekerjaan rumah tangga. Ibu mengalokasikan kapan pekerjaan domestik selesai, dan kapan mulai fokus mendampingi anak. Kalau menuruti pekerjaan rumah tangga memang tidak akan ada habis-habisnya. Namun, dengan alokasi waktu ini membantu kita lebih bebas dari rasa bersalah, dan rasa overwhelmed. Jangan lupa masukkan waktu istirahat bagi ibu yang cukup, dan waktu untuk diri sendiri. Tidak perlu lama-lama, cukup 10 menit bisa membaca al quran, atau 10 menit menyeduh kopi hangat favorit, atau 5 menit membaca buku. Nah terkait jadwal dengan anak, karena kita keluarga homeschooling, rencana belajar pun buat yang fleksibel ya. Jangan terlalu detail, time targeted, atau sak-klek. Ada kebutuhan anak yang perlu diperhatikan, kondisi perasaan dan mood mereka, serta kemampuan mereka yang perlu ditarik-ulur kadarnya. Dengan demikian, ibu tidak terlalu ngoyo, dan merasa terbebani.  

Kelima : Upayakan komunikasi efektif bersama anak. Belajar mendengarkan dengan empati atas apa yang dirasakan anak. Ini akan membantu ibu lebih mudah mengerti dan memahami kebutuhan anaknya. Hal itu membuat ibu tidak salah dalam memenuhi kebutuhan anak. Berikan penghargaan dan bangun komunikasi positif agar anak pun bisa memberikan respon positif yang akan membuat semangat ibu tetap terjaga. Perhatikan komunikasi non verbal, gerakan tubuh dan mimik wajah yang akan menguatkan pesan positif sepanjang komunikasi dengan anak


Keenam : Berkomunitaslah. Ini penting untuk mencari dukungan, support system. Perjalanan ini bukan sprint, tapi marathon. Panjang. Butuh bergandengan tangan dengan orang yang tepat untuk membuat kita tetap bertahan dan tidak menyerah dengan keadaan. Bergabunglah dengan komunitas online, offline, dengan keluarga homeschooler, untuk bisa saling berbagi pengalaman, ide, tantangan, ilmu, dan suka duka selama menjalani homeschooling ini. 

Ketujuh : Buatlah harapan yang realistis, turunkan ekspektasi. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Kenali batasan diri, kenali kondisi diri dan anak-anak supaya kita tidak terlalu "ambis". Ya, boleh sih ambis, ngotot, tapi harus kenali kondisi diri. Contohnya saja, saat kita punya target sehari ingin mengajari anak perkalian 1-10 hingga hafal nglothok. Kira-kira realistis tidak? Hehe.. bisa saja sih, mungkin kalau anaknya punya kemampuan yang di atas rata-rata. Tapi kan, sepertinya untuk kondisi normal, hal itu sangat tidak realistis. Kemungkinan berhasil kecil, dan malah membuat kita merasa gagal. Padahal bukannya kita yang tidak bisa, tapi targetnya tidak realistis - ini menjadi salah satu potensi ketidakwarasan seorang ibu. Maka aturlah harapan yang menyesuaikan kondisi kita, sembari terus sesuaikan nantinya. Fokus pada progres kebaikan dan perbaikan ibu dan anak-anak, dan tidak untuk mengejar kesempurnaan. Tips lagi : buat target yang mudah dicapai. Perasaan berhasil meraih sesuatu akan lebih membuat kita bersemangat dan bertahan daripada perasaan gagal. 

Kedelapan : Jangan lupakan kesehatan mental. Olahraga, nafas sadar, membaca al quran, ibadah, dzikir, menjalankan hobi, keluar sejenak melihat pemandangan alam, bersalam sapa dengan kawan dan sanak saudara, hingga mencari dukungan para profesional terkait kesehatan mental jika memang benar-benar diperlukan; bisa menjadi ragam cara untuk tetap menjaga mental kita. Jika ibu sehat mentalnya, tentu anak-anak akan aman dan nyaman bersamanya.  Ibarat teko, kalau isinya teh manis, tentu yang bisa dituang ke cangkir adalah minuman yang hangat dan nikmat. Tapi jika isinya air kotor, pastinya tidak sehat bagi yang meminumnya. Itu ibarat tangki dalam hatinya ibu, dalam mentalnya ibu. Jika oke mentalnya, maka yang keluar akan menyenangkan juga. 

Nah itu tadi 8 tips-tips yang bisa kita lakukan sebagai seorang ibu rumah tangga, khususnya ibu homeschooler (yang ibaratnya memiliki peran lebih banyak) agar tetap waras, dan kuat saat menemani anak menjalankan kegiatan keseharian homeschooling. 

Apa yang harus kita lakukan? Ingat-ingat niat mendidik anak, ingat besarnya peran kita sebagai ibu dalam proses ini, pahami tantangan yang ada, buat jadwal keseharian, atur komunikasi yang efektis bersama anak, sesuaikan ekspektasi, dan lakukan hal-hal menyenangkan yang baik untuk kesehatan mental kita. 

Apakah ada pertanyaan atau masukan dari pembahasan kita? Silakan teman-teman, para ibu, masukkan ke kolom komentar / reply ya. Saya pun ingin mendengar cerita dan pengalaman teman-teman sebagai ibu rumah tangga, atau ibu homeschooler. Silakan berbagi juga di kolom komentar, untuk kita bahas di pertemuan selanjutnya. Jangan lupa follow blog ini agar tidak ketinggalan postingan selanjutnya yaa... Kita akan sharing lebih banyak dan dalam  agar bisa lebih bahagia dan seimbang menjalani hari-hari kita sebagai ibu rumah tangga. 

Post a Comment

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)