curhatibu.com

Menguatkan Kembali Alasan Wanita Menjadi Ibu Rumah Tangga

Banyak wanita, setelah menempuh fase pernikahan, merasa dilema dengan pilihan hidupnya. Apakah akan melanjutkan karir, atau memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga. Para Ibu Sholihah, adakah di antara Ibu yang pernah mengalami perguncangan batin terkait hal ini? 

Saya, meskipun sudah hampir 1 dekade menjalani peran ini, masih sering timbul keragu-raguan atas sudah benarkah keputusan yang saya jalani ini. Berbagai kekhawatiran akan rejeki, masa depan, hingga merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk aktualisasi diri; sampai perasaan jenuh, lelah, capek, bosan dengan segala rutinitas sehari-hari, tidak jarang membuat hati bimbang dan ingin kembali bekerja (berkarir di luar rumah).

Menguatkan Alasan Alasan Wanita Menjadi Ibu Rumah Tangga

Jika Ibu punya masalah yang sama, maka Ibu berada pada artikel yang tepat. Insyaallah di sini akan dibahas tentang bagaimana kembali menguatkan semangat dan alasan tentang keputusan besar yang pernah diambil. Bagi para wanita yang juga sedang berada dalam persimpangan 2 pilihan ini, semoga sajian berikut ini bisa memantapkanmu untuk mengambil keputusan. 

Temukan "The Big Why"

Ibu sholihah, untuk apa kita berada di rumah? Untuk apa kita "melepas" karir kita di luar? Untuk apa kita "bergulat" setiap hari dengan urusan rumah? Apa alasannya? 

  • Bukankah enak, mendapat gaji bulanan? 
  • Bukankah nyaman, berada di kantor AC di gedung bertingkat? 
  • Bukankah menyenangkan, bisa berjumpa dengan kawan, sahabat, rekan kerja, teman main, setiap hari? 
  • Bukankah ada proud, kebanggaan dan nilai lebih di masyarakat terhadap seorang ibu yang bekerja, apalagi punya jabatan di sebuah kantor/instansi yang besar? 
  • Bukankah ada "rasa aman" secara finansial sebab ada 2 pintu yang mencukupi kebutuhan rumah tangga?

Lalu, mengapa masih "nekat" jadi ibu rumah tangga? 

  • Apakah sekedar merasa lelah pulang pergi ke kantor dari subuh hingga setelah isya? 
  • Apakah sekedar karena pusing dengan kerjaan dari atasan yang tidak kunjung habisnya? 
  • Apakah sekedar hanya ingin 24 jam bersama anak-anak? 
  • Apakah hanya karena tidak menemukan babysitter untuk menjaga anak di rumah? 
  • Apakah hanya karena ikut-ikutan teman yang sudah terlebih dahulu resign - dan nampaknya bahagia bersama anak-anak di rumah?

Jika Ibu masih belum menemukan alasan itu, jangan coba-coba resign deh. Hehehe.. Alasannya apa dulu. 

Kuat ga, alasannya? Dah mantep belum, pertimbangan-pertimbangannya? 

Alasan-alasan yang saya sebutkan di atas tentu tidak salah. Bisa saja demikian - banyak. Banyak yang resign demi anak, demi bisa ngurus rumah, karena kerjaan yang kurang pas di hati. Dan tidak masalah. 

Namun, temukanlah THE BIG WHY-nya. Alasan yang tidak bisa dibantah. Minimal, ketika kita mengingat alasan itu, kita langsung kembali on the track.  

Sebagai seorang yang beragama Islam, niat terkuat yang harus mendasari setiap perbuatan kita adalah niat lillahi ta'ala. Niat karena Allah. 

Resign karena Allah. 
Menjadi Ibu rumah tangga, karena Allah.
Keluar dari pekerjaan, karena Allah. 
Tinggal di rumah, karena Allah. 

Coba simak video berikut. Video yang sering saya buka kembali, ketika semangat menjalani aktivitas sebagai ibu rumah tangga menurun. 

Ibu, Pulanglah....

Ada 4 hal yang membuat Khalifah Umar bin Khattab berlaku sabar terhadap istrinya. 

Khalifah berkata, "Saya sabar terhadap istri saya, karena dialah yang memasakkan makanan saya, dialah yang membuatkan, mengadoni sampai memasakkan roti saya, dialah yang mencucikan pakaian saya, dan dialah yang menyusui anak-anak saya"

Urusan dapur, sumur dan kasur rupanya tidak sepele di mata seorang Khalifah. Namun ketiga hal itu justru yang membuat khalifah begitu menghargai istrinya, bahkan bersabar dengan segala kekurangan istrinya. 

"Tinggallah Kalian Di Rumahmu"

Ini bukan perintah orang tua kita. Bukan juga suami kita. Bukan pula perintah atasan kita di kantor. Perintah ini datang dari Rabbul 'izzati. Allah 'azza wa jalla. Tinggalah di rumah, sebab Allah yang memerintahkanmu untuk itu. 

وَقَرْنَ فِى بُيُوتِكُنَّ

"Dan hendaklah kamu tetap berada di rumahmu..." (Q.S Al Ahzab 33)

Kebaikan Jika Ibu di Rumah

Mengapa Keraguan Itu Muncul?

Sebagian wanita merasa enggan menjadi seorang ibu rumah tangga, sebab mereka merasa wanita yang baik itu yang berprestasi di luar, yang menjadi sesuatu, menjalankan profesi tertentu, memiliki penghasilan sendiri, yang mandiri dan tidak tergantung pada suami, yang bisa beraktualisasi diri menekuni minat dan bakat menjadi prestasi, dan sebagainya. 

Tidak menyalahkan yang demikian; sebab, bisa jadi, yang tertanam semenjak kecil di lingkungan keluarga memang demikian. Di sebagian masyarakat, orang tua akan membanggakan anak perempuannya yang menjadi PNS, dokter, kerja di perusahaan, punya penghasilan puluhan juta per bulan, punya rumah sendiri, dan mandiri. Sebab mereka menganggap, wanita yang bisa mandiri itu yang akan nyaman dan aman menjalani hidup - tidak tergantung pada suami. 

Sedikit orang tua (di masyarakat demikian) yang membanggakan anak wanitanya, yang bisa rapih mengatur rumahnya, yang bisa mendidik anaknya dengan baik, yang teratur menjalani keseharian bersama anak-anaknya di rumah. Hal ini membuat ada wanita yang berpikir memang sebaiknya, wanita itu ya berperan besar, berkarir di luar rumah - dan bukan menjadi seorang ibu rumah tangga. 

Di sisi lain, ada wanita yang memang mau tidak mau, harus bekerja di luar rumah. Kebutuhan hidup membuatnya harus melakukan yang demikian. Sebab tidak ada yang menafkahinya. Atau alasan lain, seperti harus tetap bekerja pada bidang tersebut - karena maslahat umat, seperti dokter kandungan, guru TK, bidan, perawat - yang jika diserahkan sepenuhnya pada laki-laki tentu mudharat lebih besar. Maka tak mengapa jika memang demikian adanya. 

Mengapa Lebih Baik Bagi Seorang Wanita Untuk Berada di Rumahnya?

Sebab ada banyak peluang kebaikan yang bisa didapatkan oleh seorang Ibu rumah tangga. Pernah menyimak kajian dari asatidz, menyampaikan bahwa jalan terbaik seorang wanita yang sudah dewasa adalah dengan menikah. Dari sana, pintu surga menjadi terbuka dari mana saja. Dari rumah, seluruh aktivitas wajib seorang wanita (tanpa kecuali) bisa dilakukan. Dan di rumahlah, ibadah wajib seorang wanita diberikan ganjaran lebih baik daripada ibadahnya di masjid. 

Apa Saja Kebaikan yang Dihadirkan Seorang Ibu Rumah Tangga?

Setiap kali menyimak ulang video dari Ustadz Budi Ashari di atas, saya selalu trenyuh pada momen beliau menyampaikan untaian kalimat ini. Rasanya apa yang beliau sampaikan ini sangat cukup mewakili betapa kehadiran kita di rumah sangat ditunggu. 

Menguatkan Kembali Alasan Wanita Menjadi Ibu Rumah Tangga

Ternyata keberadaan seorang ibu di rumah bukanlah hal yang "sayang" sebagaimana anggapan banyak orang, "Sayang, udah sekolah tinggi-tinggi, cuma di rumah", "Sayang, udah kerja di tempat bagus, malah keluar jadi ibu rumah tangga", "Sayang, udah dapat jabatan, dilepas gara-gara harus ngurus anak di rumah"

Ada sosok-sosok tercinta, yang menunggu dan menanti selalu keberadaan kita di rumah. Ada rumah yang menunggu sentuhan tangan kita - minta diurusin dengan sentuhan surgawi. Ada calon orang hebat...ya, anak-anak kita..yang senantiasa menatap dengan tatapan polosnya, bersiap duduk manis menyimak kata demi kata yang kita sampaikan, dan selalu menanti pelukan, senyuman, dan usapan lembut setiap saat dari kita, ibunya. 

Ada yang bilang, mungkin kita ini, sebagai Ibu, bukan siapa-siapa di mata orang lain. Apalagi kita Ibu rumah tangga - yang mungkin tidak mendapat pengakuan dari kantor, atasan, instansi, masyarakat - bahkan terkadang oleh keluarga besar kita sendiri. Tapi ingat, ibu, meskipun demikian, kita ini segalanya, di mata anak-anak kita. 

Semenjak memutuskan menjadi Ibu Rumah Tangga, memang ada banyak momen kekusutan di rumah, kebosanan, kejenuhan, dan sebagainya. Namun, tatkala melihat ada beberapa anak-anak yang tidak bisa berlama-lama dengan ibunya - sebab ibunya sudah tidak ada, atau ibunya harus bekerja dari pagi hingga malam, ada aliran mata air segar yang kembali menyejukkan dada. Syukur, dan syukur. 

Jika Ibu Rumah Tangga Merasa Jenuh

  • Mengingat Kembali Why Factor Menjadi Ibu Rumah Tangga
Ibu adalah pemimpin dan penanggungjawab urusan rumah. Ibu akan ditanya oleh Allah tentang masalah rumah dan anak-anak. Maka, ketika rasa jenuh itu ngurus anak dan rumah melanda, ingatlah bahwa anak dan rumah inilah prioritas kita sebagai seorang wanita.   

Ingat juga bahwa ada banyak keindahan, kenikmatan, dan cerita-cerita menarik, di setiap hari di rumah, bersama mereka. Ada banyak wanita mengharapkan "kerepotan" dibersamai anak, namun Allah belum berikan itu padanya. 

Berat memang, tapi bukan berarti jenuh. Berat memang, tapi bukankah ada pertolongan Allah. Berat memang, tapi bukankah jika dijalani dengan keikhlasan akan menjadi lebih mudah?

Ada banyak wanita menyesalkan kelalaiannya dahulu yang tidak bersungguh-sungguh mendidik anaknya saat kecil dan remaja dengan keimanan; lalu sekarang meninggalkannya. Bahkan ada juga yang sampai durhaka padanya sebab anaknya tidak dididik dengan agama dan iman. Jangan ulang kesalahan mereka. Jadilah seorang ibu, yang bisa mengambil pelajaran dari kesalahan orang lain - sehingga Ibu tidak perlu merasakan sakitnya dulu. 

  • Kuatkan Dzikir Kepada Allah
Dzikir bisa menambah kekuatan. Bukankah nasehat Rasulullah terhadap bunda Fathimah yang mengeluhkan rasa capeknya mengurus rumah tangga itu dengan dzikir sebelum tidur?

  • Mintalah Pertolongan Kepada Allah. 
Sebab kita hamba yang lemah. Laa haulaa wa laa quwwata illa billah. Kita ini makhluk lemah. Hanya kekuatan Allah yang bisa membuat kita kuat menjalankan amanah besar kita ini. Memang tidak mudah, tapi bukankah pertolongan Allah pun begitu luasnya?  

  • Ciptakan Aktivitas yang Lebih Kreatif di Rumah
Ada banyak hal yang sebenarnya bisa kita lakukan, bersama anak-anak. Kita jenuh selama ini, jangan-jangan karena tidak kreatif. Kita anggap ngurus anak itu hanya persoalan nyiapin makanan, nganterin anak ke sekolah, atau beres-beres rumah. Tidak. Ada banyak peluang beraktivitas asyik bersama mereka. Tentang cara kita memanfaatkan waktu emas mereka untuk menciptakan kegiatan edukasi yang penuh dengan penanaman iman. Tentang bagaimana waktu bisa kita habiskan untuk obrolan banyak hal dengan mereka. Rugi jika banyak waktu terlewat begitu saja - sementara usia anak kita akan terus bertumbuh besar. 

Alasan Wanita Menjadi Ibu Rumah Tangga



Penutup

Apa yang Kita Tanam, Itu yang Kita Tuai. 
Balasan Kebaikan, Tentu Kebaikan; pun Sebaliknya

Saat merasa jenuh dan bosan ngurus anak, ingatlah, Bu, bahwa anak kita tidak selamanya kecil. Kita pun tidak selamanya muda. Kita akan semakin menua, anak akan semakin dewasa. Bukankah kita pun tidak ingin, saat anak dewasa nanti mereka jenuh ngurus kita. Tentu sedih. 

Bukan berarti kita mengurus mereka dengan pamrih - mengharapkan balasan anak kita. Namun, jangan sampai perasaan bosan yang berlarut-larut, yang membuat kita melalaikan mereka, membuat Allah membalas kelalaian kita dengan hal yang sama di masa berikutnya. .

Jika sebaliknya, kita menjaga semangat dan berusaha sekuat tenaga untuk terus membersamai mereka - dengan berbagai tantangan, hambatan dan kesulitan yang ada - semoga Allah akan membalas pula dengan kebaikan anak kita nanti kepada kita, di saat kita menua. 

Al jazaa'i min jinsil amal. Semoga Allah menguatkan kita, dan menolong kita dan anak-anak kita

26 comments

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)
  1. Wah bagus banget tulisannya..yang Umma butuhkan nih sebagai seorang ibu rumah tangga

    ReplyDelete
    Replies
    1. makasiii umma, saling menyemangati dan berbagi ya umma

      Delete
  2. MasyaAllah nutrisi pagi buat energi ummi ni

    ReplyDelete
  3. Masyaallah keren kak tulisannya, pengingat banget ini :)

    ReplyDelete
  4. Ibuuu.. masyaallah.. terimakasih pengingatnya bu yayuk :) mohon doanya ibu, supaya kami bisa menjalani amanah ini dengan baik, dengan segala tantangannya

    ReplyDelete
  5. Mbak windy terima kasih sudah menulis artikel ini, bekal banget buat yg masih mau otw halal kayak aku gini

    ReplyDelete
    Replies
    1. siap-siap nggih mbak Alfii..gali ilmu sebuanyaaak banyaknya, biar makin mantep nanti memasuki fase barunya sebagai istri dan ibu

      Delete
  6. Ibu, pulanglah. Huhuhuhu mengandung bawang banget ini mba. Semoga saya bisa memainkan peran dengan sebaik2nya.. terimakasih mba

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama ibu... :) semoga Allah mudahkan kita semua

      Delete
  7. Sangat suka dengan tulisannya mbak Windy. Must read ni buat ibu-ibu yg masih suka galau. Kalau bagi saya memang bahagia itu di rumah bersama anak, tapi mang hati harus dikuatkan terus biar yakin sama rezeki Allah, biar bisa nge-skip omongan2 bernada meremehkan

    ReplyDelete
    Replies
    1. huhuhu bener banget mbak.. ada bahagia dan tentunya bersyukur karena Allah memberikan kita kesempatan bisa bersama anak ya mbak - di saat mungkin teman-teman lain pun ingin memiliki kesempatan yang sama, namun belum bisa. Asupan energi dan reminder wajib rutin sih, biar tetep kuat ya mba semangattt kitaa....

      Delete
  8. Masyaa Allah, terenyuh mbacanya Kak. Menjadi ibu adalah karir terbaik perempuan dan tidak semua wanita bisa merasakannya ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba.. kalau mengingat itu, rasanya harus banyak banyak bersyukur dan berusaha terus menikmati peran yang sudah Allah amanahkan ini :))))

      Delete
  9. jleb banget ini mbak di bagian penutupnya, bukankah tidak ingin anak saat dewasa jenuh mengurusi kita. Ya Allah jangan sampia terjadi padaku. lagi puk puk diri sendiri yang akhir-akhir ini dilanda jenuh

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mba T.T ya Alllah saya juga di bagian ustadz nuzul menyampaikan nasehat itu, jleeeb rasanya...sedih karena sering merasa demikian. Semoga kita bisa semakin menikmati peran kita ya mbaa

      Delete
  10. Sebagai ibu pekerja, rasanya jleb banget sama ini "Tinggalah di rumah, sebab Allah yang memerintahkanmu untuk itu". Terimakasih mam tulisannya sebagai pengingat kami

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat ibuu dengan episode yang saat ini sedang dijalani, yang penting bahagia dan syukur ya kan mbaa :) semoga Allah memberikan jalan terbaik dan pertolonganNya di manapun kita, dan anak-anak kita berada #pelukonlinembaknovita

      Delete
  11. Mbak.... Windy. Terima kasih ya Mbak sudah selalu menulis artikel yang selalu menguatkan kami sebagai ibu rumah tangga. Aku jujurly sering banget merasa bosan :'( dan disaat bosan melanda tulisan seperti ini tu bisa buat booster banget. Hari ini aja entah mood seberantakan itu. Semoga Allah senantiasa menguatkan dalam menjalankan tugas mulia ini ya Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah mbak Luluk jika tulisan ini bermanfaat T.T saling berbagi dan sharing semangat, karena perjalanan kita tidak sebentar ya kan mbaa

      Delete
  12. relate sekali dengan kehidupan buibu di rumah mbak, Bismillah, belajar menikmati peran.

    ReplyDelete
    Replies
    1. bismillah ya mbak..semoga ALlah mudahkan kita semua mba :)

      Delete
  13. Masya Allah, pengingat yang sangat dalam. Big Why karena Allah yang selalu berhasil mengembalikan mindset karena ngerasa sbg IRT kayak nggak berikontribusi utk negara :-)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kak, sering sekali perasaan itu muncul. Semoga kita bisa selalu meluruskan niat ya kak, biar makin mantap melangkah, tidak gampang goyah dan merasa tidak berdaya

      Delete