curhatibu.com

Ibu, Lakukan Hal-Hal Ini Setelah Resign!

Lakukan ini setelah resign

Menjadi wanita karir dan ibu rumah tangga seringkali menjadi 2 pilihan yang sulit untuk seorang wanita. Terlebih dengan hiruk pikuk dunia yang makin cepat, makin canggih, dan makin "berbahaya" bagi seorang wanita. Banyak wanita yang pada akhirnya mengambil keputusan berani untuk hidup mereka : melepaskan karir dan menjadi seorang ibu rumah tangga. 

Namun pada perjalanan episode dengan peran baru tersebut, tidak sedikit bagi seorang ibu rumah tangga yang merasakan kejenuhan, kebosanan, dan bahkan penyesalah atas keputusannya. Mereka tidak menikmati peran barunya itu. Apakah Ibu merasakan hal yang sama?

Yap. Memang wajar sih. Namun, yuk mari kita belajar bersama di sini beberapa hal yang perlu Ibu lakukan setelah resign, supaya perjalanan di rumah menjadi lebih menyenangkan. 

A. Menemukan Tujuan dan Peran Baru

Sebagai seorang wanita, Ibu perlu menyadari bahwa menjadi seorang Ibu Rumah Tangga itu merupakan karir yang luar biasa lho. Bahkan, Allah memerintahkan kita para Ibu untuk berada di rumah. Maka, ini harus kita jadikan tujuan, bahwa secara fitrah, seorang wanita memang lebih baik dan lebih aman berada di rumahnya. Rumah adalah tempat terbaik seorang wanita. 

Sadari Potensi Diri

Di rumah, bukan berarti Ibu hanya diam. Justru di rumah ada banyak pekerjaan yang menjadi amanah terbesar kita. Urusan mengurus rumah, hingga mencetak generasi idaman menjadi amanah besar kita. Amanah besar yang Allahberikan kepada kita tentu tidak diberikan begitu saja. Ibu perlu mensyukuri berarti Allah memasukkan potensi besar dalam diri Ibu - sehingga Ibu pasti dengan izin Allah mampu menjalankan amanah itu dengan baik. 

Potensi yang besar itu tentu tidak hanya akan muncul di pekerjaan, atau tidak hanya yang nantinya menghasilkan cuan. Potensi besar yang harus disadari dan digali ini untuk membuat Ibu lebih percaya diri, bahwa pasti bisa mengelola rumah dengan baik. 

Selain untuk keperluan domestik, Ibu pun bisa menggali potensi lain dalam dirinya. Misalnya kemampuan memasak, mengajar, berbenah, berbisnis, public speaking, dan lain-lain bisa digali terus. Bukankah beberapa hal tadi adalah keseharian kita? Maka, ketika kita melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, bukankah tidak mungkin menjadi tambahan keahlian baru untuk kita? Betapa banyak Ibu rumah tangga yang dari hobi masaknya, bisa menjadi side job dengan nilai lumayan. Atau dari hobi membuat karya tangan dengan anak-anaknya, bisa mengadakan pelatihan craft buat anak-anak kecil secara online?

Sadari dan temukan potensi diri. Namun jangan lalu merasa "harus" bisa menghasilkan. Lakukan saja dengan baik - kewajiban sehari-hari kita. Maka lambat laun Ibu akan menemukan dan bisa melejitkan potensi diri -pada waktu yang tepat nanti-

Ibu Rumah Tangga, Tanggung Jawab dan Peran Penting Seorang Wanita

Seorang wanita semestinya menyadari bahwa menjadi ibu rumah tangga merupakan tanggung jawab dan peran yang sangat penting bagi yang sudah menikah, atau memiliki anak. Bukan main-main. Peran dan karir terbaik seorang wanita adalah menjadi seorang ibu rumah tangga. Sebab Allah akan meminta pertanggungjawaban kita - kelak. Setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpin. Seorang wanita adalah pemimpin di dalam rumah suaminya. Yang mengatur urusan rumah dan anak-anak. Ibaratnya, wanita di rumah itu pendidik generasi. Jika mau generasi hebat, maka didik wanitanya. Sebab wanita yang hebat akan bisa mendidik anak-anak menjadi generasi terbaik.

Jangan sepelekan peran ini. Memang ada banyak cibiran, nyinyiran dari masyarakat tentang peran ibu rumah tangga. Bahkan, dari lingkungan keluarga, yang menganggap kita, para ibu ini, di rumah tidak bekerja. Tidak menghasilkan. Padahal yang kita hasilkan adalah demi kehidupan di masa depan - generasi yang diharapkan lebih baik daripada kita. Jangankan orang lain, keluarga. Kita sendiri, pelaku peran ini, seringkali meremehkan pekerjaannya. Menganggap "Ah, aku kan hanya seorang ibu rumah tangga". Lalu tidak berusaha menjalankan amanah di rumah dengan baik, dengan profesional. Mengerjakan pekerjaan kantor bisa dikerjakan secara profesional. Tapi, giliran ngurus rumah, dilakukan ala kadarnya. Giliran ngasuh anak, dilakukan sambilan dengan gadget atau urusan lainnya. Tidak profesional. Ya, berawal dari kita, yang menganggap pekerjaan IRT ini "hanya" ibu rumah tangga. 

Yok, bagi yang resign, yakinkan diri Anda, bahwa peran Anda, peran kita, peran sebagai Ibu itu besar. Mungkin kerjaan di kantor bisa digantikan oleh siapa saja - dengan mudahnya. Tapi, amanah di rumahmu, tidak bisa digantikan begitu saja. Mungkin kerjaan di kantor bisa dihandle oleh siapa saja. Tapi urusan peran sebagai seorang "Ibu" bagi anak-anak kita, tidak akan tergantikan kapanpun juga. Yok, mulailah bangga dengan status dan peran sebagai Ibu Rumah Tangga. Ini status terbaik, yang Allah perintahkan untuk kita, para wanita, "Tinggallah kalian, di rumah-rumah kalian.." (Al Ahzab 33)

B. Berikan Waktu Untuk Diri Sendiri

Memang pekerjaan di rumah banyak. Jika mau diturutin, 24 jam, 7 hari, tidak akan bisa menyelesaikan semuanya. Namun, jangan lupa, berikan waktu untuk diri sendiri. Diri kita ibarat teko. Jika tekonya ada isi airnya penuh, maka dia akan bisa mengisi cangkir-cangkir kosong untuk diminum sekeluarga. Jika tekonya kosong, maka tidak akan ada yang bisa diberikan. Maka, berikan waktu untuk diri sendiri. 

Jika ada waktu luang, rawatlah diri sendiri

Merawat diri sendiri bukan berarti harus pergi ke salon perawatan, atau menggunakan paket skincare yang harganya jutaan. Merawat diri sendiri dengan sesederhana menjaga kebersihan badan, kebersihan pakaian, menjaga asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, hingga menggunakan waktu yang luang untuk secara khusus "me time". Me time bisa dengan mandi dengan lebih mindfull - tidak terburu-buru, atau minum minuman yang disukai (dan sehat).

Belajar Hal Baru, Atau Menggeluti Hobi

Menjadi seorang Ibu Rumah Tangga, dengan berbagai list pekerjaan domestik yang "itu-itu" saja pastinya rawan membuat kita jenuh. Banyak juga yang merasa kebutuhan aktualisasi dirinya jadi hilang karena seharian harus ngurus rumah dan anak-anak. Maka, luangkanlah waktu barang sejenak, untuk belajar hal baru, memperkaya diri sendiri dengan skill baru, atau melakukan apapun yang menjadi hobi kita. Hal ini cukup membantu "mengisi teko" jiwa kita agar tetap penuh saat dibutuhkan oleh anggota keluarga kita. 


C. Atur Waktu Dengan Baik

Banyaknya amanah di rumah sering membuat kita overwhelmed, bahkan sampai burn-out. Kelelahan, merasa terlalu banyak hal yang harus dilakukan, dan tidak selesai-selesai. Memang pekerjaan di rumah itu sangat banyak. Tapi, kadangkala, yang perlu kita lakukan adalah mengevaluasi pengaturan waktu kita/manajemen waktu kita. Jangan-jangan, masih banyak waktu terbuang percuma untuk rebahan, scrolling media sosial, belanja, atau ber-sosialita dengan para ibu-ibu penjemput anak sekolah. Jangan-jangan, selama ini pekerjaan rumah butuh selesai dalam waktu yang lama hanya karena kita tidak tau ilmunya - bagaimana menyelesaikan pekerjaan dengan efektif. Jangan-jangan, kemelut yang terjadi di kehidupan kita karena memang kita belum berkah waktunya - tidak minta tolong kepada Allah, mengandalkan diri sendiri - sehingga selalu merasa waktu tidak pernah cukup mengerjakan semuanya. 

Buat jadwal harian, pekanan, bulanan

Terkesan klise, buat jadwal. Sayangnya, tidak banyak yang mau melakukannya. Padahal, jadwal ini membantu kita mengatur diri sendiri. Jadwal ini akan membantu memastikan semua amanah mendapat porsi untuk dikerjakan. Dan jadwal membuat kita tidak terlalu terbebani dengan banyak pekerjaan di satu waktu, sebab kita tau bahwa setiap pekerjaan sudah dijatah kapan mau dikerjakan. 

Ibu bisa membuat jadwal harian seperti bersih-bersih rumah. Buat saja list-nya apa : membersihkan tempat tidur, menyapu rumah, membuang sampah, menjumput barang terjatuh. Lalu Jadwal pekanan, misalnya Senin menyikat kamar mandi, rabu decluttering barang di dapur, ahad deep cleaning kamar. Bulanan misalnya decluttering lemari pakaian dan buku. Dengan adanya jadwal, kita lebih jelas mau melakukan apa, dan kapan. 

Termasuk jadwal membersamai anak - perlu dibuat juga. Jangan sampai kalah dengan gadget yang tanpa dijadwal selalu dilakukan. Misalnya dari bangun tidur sampai anak-anak sekolah, no gadget, fokus dengan anak seperti dzikir dan baca quran bersama. Menjelang tidur membaca buku bersama di kasur. Hari sabtu pagi olahraga ke taman bersama ayah - ibu dan anak-anak. 

Well, jadwal penting dibuat. Rencana penting disusun. Meskipun pada pelaksanaan tentu banyak yang menyesuaikan dengan kondisi, namun setidaknya kita sudah membuat pagar kanan kiri agar kita tidak keluar jalur. 

Jangan Menunda

Sungguh penundaan ini harus kita kurang-kurangi deh. Sesimpel menunda membereskan tempat tidur setelah bangun, itu saja efeknya bisa ke mood seharian. Terbiasa menunda hanya akan membuat kita makin pusing - sebab pekerjaan akan tertumpuk di satu waktu (karena sudah masuk ke tahap harus diselesaikan), dan makin kacau pada akhirnya karena kita tidak mungkin bisa menyelesaikan semuanya saat itu juga. 

Jangan menunda. Misalnya ada cucian piring di wastafel, langsung gerak, cuci. Ada kertas bekas jatuh di lantai, gerak, jumput dan ambil. Mainan atau buku terjatuh dari rak, ambil dan kembalikan. Jangan tunda. Menunda hanya akan menambah pekerjaan di waktu selanjutnya - dan membuat kita makin pusing. 

D. Tambah Pengetahuan, Pengalaman dan Berbagilah

Siapa bilang setelah berada di rumah kita tidak bisa mengembangkan diri? Apalagi di jaman sekarang - ilmu tersebar begitu dahsyat melalui berbagai laman media sosial dan ragam platform di internet. Tugas kita, sebagai seorang ibu adalah terus mengembangkan diri, menambah pengetahuan dengan mengikuti kursus online, seminar, workshop, yang terkait dengan pekerjaan di rumah atau hal lain-lainnya. Setelah itu, jangan lupa bagikan pengetahuan Ibu kepada orang lain, minimal kepada anak-anak dan anggota keluarga sendiri. Ibu akan merasa lebih berharga, dan jauh kata dari minder karena merasa tidak berkembang di rumah. 

Jadikan pekerjaan rumah tangga menjadi peluang pengembangan diri

Betapa banyak para ibu yang menjadi expert di urusan memasak, atau urusan berbenah, hingga menjadi tambahan pemasukan baginya; setelah serius menjalankan bertahun-tahun urusan dapur dan rumah? Ya, banyak. Maka tidak mustahil hal itu bisa kita lakukan juga. Kita hanya perlu melihat setiap tugas domestik yang kita lakukan sebagai sarana berlatih - melatih keterampilan diri, manajemen diri, kedispilinan - yang insyallah pada waktunya nanti kita tidak akan menyangka bahwa telah ada banyak hal dalam diri yang berkembang. 

E. Bersyukurlah dengan Kesempatan Berharga Membersamai Anak

Tidak semua wanita mendapat kesempatan menyaksikan pertumbuhan anak-anaknya 24 jam. Tidak semua anak beruntung mendapat penjagaan langsung dari ibunya. Bersyukurlah. Terima dan sadarilah bahwa memang prioritas seorang wanita setelah menjadi ibu rumah tangga adalah tentang urusan rumah dan anak-anak. Maka, berdamailah dengan diri jika memang belum bisa optimal mengejar karir, melanjutkan pendidikan, berbisnis, ataupun melakukan aktivitas lainnya. Hargailah dan manfaatkan peluang bersama anak untuk menanamkan memori baik dan indah bersama. 

Lihat Sisi Positif Dari Resign Ini

Kalau melihat dari sisi negatif, pastinya banyak : tidak mendapatkan gaji, tidak bisa memenuhi kebutuhan sosial sebagaimana saat bekerja, atau rasa jenuh yang seringkali muncul. Ya, tapi, jika kita mau melihat dari sisi positif-pun ada banyak. Misalnya : bisa melihat tumbuh kembang anak secara lebih optimal, bisa menyiapkan rumah dan mengurus rumah sekena hati (karena waktunya lebih longgar), bisa rebahan kapanpun tanpa harus nunggu selesai rapat dengan atasan (hehe), tidak perlu berjejalan dengan penumbang kereta listrik saat berangkat dan pulang kantor, tidak perlu berlelah-lelah dengan 2 amanah sekaligus (kantor-rumah) yang pastinya butuh energi lebih ekstra. Carilah sisi positif menjadi ibu rumah tangga - syukuri, dan jalankan dengan bahagia. 

F. Menjaga Emosi

Emosi menjadi konsern penting seorang Ibu di rumah.

Upayakan cara tetap positif

Berada di rumah, tidak mudah. Namun, upayakan kita selalu berpikir positif supaya tidak mudah stres. Terapkan teknik relaksasi, seperti meditasi atau olahraga ringan. 

Harga rasa bersalah

Rasa bersalah sering timbul jika tidak bisa maksimal mengurus anak - padahal sudah di rumah, atau rasa bersalah kepada orang tua / keluarga yang mungkin berharap kita tetap bekerja setelah memiliki anak. Rasa bersalah saat tidak menyelesaikan pekerjaan di rumah dengan baik. Dan rasa bersalah lainnya. Well,.. jika itu terjadi, ya terima saja. Ya, memang kita tidak bisa sempurna menjalankan semua itu. Namun, keputusan yang kita ambil berdasarkan kebaikan yang ingin kita dapatkan dari sisi lainnya. 

Penutup

Jadilah ibu yang bahagia, dengan pilihan yang sudah kita ambil. Setiap pilihan tentu ada konsekuensi. Terima konsekuensi dengan lapang. Jalankan amanah yang berpeluang menjadikan kita mendapat kebaikan di masa depan. Memang tidak mudah, memang lelah; namun bukankah pahala itu seimbang dengan rasa lelah yang dirasakan. Jika maunya yang mudah-mudah saja, gimana kita berharap balasan yang baik? 

Yuk ibu, saling mendukung, saling memotivasi. Perjalanan dan perjuangan kita tidak sebentar - semoga Allah memberikan kita kekuatan dan pertolongan. 

Bagaimana dengan Para Ibu Sholihah? Apakah ada tips untuk tetap bahagia paska resign? Tulis di kolom komentar yaa.. Jangan lupa follow blog ini supaya tidak ketinggalan artikel selanjutnya yang menarik

2 comments

Terimakasih udah mampir di blog ini, happy reading :)
  1. Wah bisa dicontoh ini untuk to do listnya. Melatih untuk disiplin dan mengatur waktu. Agar hati senang, kerjaan selesai, ibu tidak stress. Terima kasih sharingnya mbak.

    ReplyDelete